TENTANG AIR

Saya ingin memberikan komentar atau diskursus kecil dibalik foto ini. Saya bukan siapa-siapa untuk mengabadikan atau memberikan komentar atas foto saya bersama  Bapak Drs. Paulus S. K Limu, orang nomor satu di Kabupaten Sumba Tengah. Dia adalah seorang bupati yang mempunyai tugas besar untuk masyarakat di Kabupaten Sumba Tengah. Namun pengambilan foto ini adalah peristiwa kebetulan dalam suatu pertemuan yang juga kebetulan, tanpa ada rencana bersama.

Saya harus katakan bangga dan berkesan dengan foto ini. Kebanggaan itu bukan pertama-tama karena ke-bisa-an saya foto bersama dengan orang penting, seorang bupati, tetapi diskusi yang menarik dan istimewa yang akhirnya diabadikan dengan foto bersama yakni  program wilayah berair di Sumba Tengah. Dan sungguh tema ini, air, adalah hal yang  menggairahkan bagi saya pribadi dan sering saya diskusikan juga dibalai-balai, termasuk dengan beberapa DPRD, juga Kepala Desa yang saya kenal. Tidak lain tidak bukan karena pada hakekatnya air menjadi prioritas dan harus dimiliki masyarakat dengan mudah dan murah. Dan Bapak Drs. Paulus S.K Limu, Bupati Sumba Tengah ini, memberikan gagasan, yang tentu saja konek sambil terkesima, bahwa air adalah hal utama dan terutama yang harus ada dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Tentu bukan hanya bupati Sumba Tengah dan banyak pemimpin lain juga  menggagas hal yang sama. Sebagai pemimpin masyarakat di Kabupaten Sumba Tengah, dalam diskusi kecil ini, beliau menegaskan, ‘saya akan mengupayakan agar air mengalir dan berkelimpahan di wilayah Sumba Tengah”. Salah satu fakta yang beliau tunjukan bahwa di Tana Banas, daerah yang sangat gersang, saat ini telah ada air yang mengalir untuk masyarakat. Semua itu diperoleh dengan perjuangan dan kerja dengan hati untuk masyarakat. Dan beliau mengatakan akan terus mengupayakan agar tersedia air dan mengalir ditengah masyarakat.

Sebagai masyarakat biasa saya menyukai gagasan pemimpin yang demikian. Menurut saya membicarakan dan menggagas keberadaan air secara intensif untuk hidup manusia adalah gagasan brilian bagi seorang pemimpin di wilayah Nusa Tenggara Timur dan di Pulau Sumba khususnya. Dengan ide atau gagasan ini, tanpa melihat lebih jauh aplikasinya dalam masyarakat, adalah modal besar. Mengapa demikian? Adanya gagasan, untuk mengalirkan air bagi masyarakat, memiliki pengandaian pemahaman dan pengertian yang jelas, kuat dan tidak diragukan tentang pentingnya air bagi hidup manusia. Saya yakin, Bapak Bupati Sumba Tengah, atas gagasan dan mungkin tindakan-tindakan konkritnya, sudah sampai pada pemahaman prinsipiil hakekat dan pentingnya air bagi manusia ini. Dengan kata lain, keinginan serta upaya mencari sumber air dan mengalirkannya selimpah mungkin ada bila sadar, tahu dan memahami bahwa air adalah hal prinsip untuk hidup manusia.

Thales, seorang filsuf terkenal yang lahir tahun 630 SM di Kota Pelabuhan Ionian, Miletus, Turky, sudah lama merefleksikan dan memberikan gagasan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu dan menjadi pokok dan yang paling utama dari segala-galanya di alam semesta. Dia juga menegaskan alam ini terbentuk dari air. Pendapat itu didasari bahwa atas fenomena atau fakta – fakta dimana tiap kehidupan di bumi membutuhkan air. Pendapat Thales ini jelas bermaksud mendasari konsep dan pemahaman bahwa air adalah kebutuhan hidup yang tidak bisa tidak bagi hidup manusia dan semua mahkluk di dunia.

Baca Juga :   WESEL MARINGINA LANGKAH TAKTIS ATASI KESEHATAN MASYARAKAT (2)
Rm. Polikarpus Mehang Praing, Pr., (kanan) dan Bupati Sumba Tengah, Drs. Paulus S. K Limu, 

Dapat ditekankan bahwa gagasan serta upaya untuk mengalirkan air bagi masyarakat ini adalah perjuangan yang bermartabat dan mulia. Seperti yang sudah dikatakan di atas segala sesuatu mempunyai ketergantungan pada dan dengan air. Untuk manusia saja, selain hewan dan tumbuh-tumbuhan, fungsi air sangat banyak. Dijelaskan bahwa organ tubuh manusia mengandung banyak air yakni pada otak 74,5 persen, pada tulang 22 persen, ginjal 82,7 persen, otot 75, 6 persen, dan darah 83 persen. Dikatakan pula bahwa fungsi air banyak;  untuk mamasak, makan dan minum, untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia seperti mandi dan mencuci, untuk mengairi sawah atau kegiatan pertanian dan perkebunan, untuk kegiatan transportasi, seperti apal dan perahu, untuk keperluan perdagangan seperti restoran, hotel, industri atau pabrik. Oleh karena ini tanpa air manusia tidak bisa menghidupi dan membentuk dirinya, juga tidak bermartabat hingga bisa mati. Demikian juga dengan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan lain.

Kembali pada gagasan brilian pemimpin atau bupati Sumba Tengah, Bapak Drs. Paulus S. K. Limu, bahwa air adalah hal utama dan terutama yang diperjuangkan diwilayahnya patut dicontohi. Pemikiran atau gagasan ini, sambil menyadari fungsi air tersebut, adalah arah untuk menciptakan kemajuan hingga kemakmuran manusia. Sebagaimana pentingnya air bagi hidup manusia maka dipastikan kemajuan dan perkembangan sebuah bangsa, atau kelayakan untuk disebut masyarakat atau negara maju dan makmur, ditentukan juga oleh ketersediaan air. Bangsa atau masyarakat yang maju adalah masyarakat dan bangsa yang berkelimpahan air untuk semua warganya. Setiap orang atau rumah tangga mendapat dan memperolehnya dengan mudah dan gampang. Sebaliknya masyarakat atau negara yang kekurangan air atau kesulitan air adalah negara atau masyarakat yang menderita-melarat bahkan miskin. Dalam halaman https://kompas.com,  10 Mei 2023 ada headline berita bahwa 44 persen balita di Sumba Barat Daya stunting karena krisis air bersih.

Dalam konteks masyarakat di Pulau Sumba gagasan ini sangat diperlukan dan harus diaplikasikan. Banyak wilayah pedesaan yang kesulitan mendapat air dan atau untuk mendapat air harus mengeluarkan biaya yang besar. Atau kesulitan air karena tinggal di daerah perbukitan atau pegunungan berbatu dan untuk mengambil air harus menempuh perjalanan yang jauh dan membutuhkan waktu yang lama.  Berita https://antaranews.com tanggal 12 Desember 2019 mengatakan bahwa ada 15 desa di Sumba Timur yang mengalami krisis air bersih. Berita pada halaman https://news.republika.co.id tanggal 5 Oktober 2022 mengatakan bahwa kekeringan di Sumba Barat kerap terjadi setiap tahunnya dan tidak kunjung berakhir. Adanya sumber mata air pun jauh dari jangkauan masyarakat sehingga untuk mendapat air bersih, masyarakat harus menempuh jarak yang jauh dari rumah mereka. Berita https://megapolitan.kompas.com Tara Dermawan dari Global 6K Water For Sumba Ambassador, dalam jumpa pers di Kantor Wahana Visi Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat mengatakan “salah satu rumah tangga (di Sumba) punya kebun gizi. Jadi di situ, tiap tetangga yang mau makan bisa ambil dari kebun gizi..Kami sempat ngobrol-ngobrol juga sama salah satu warga, kami coba hitung pemasukan mereka sama pengeluaran untuk sehari-hari, termasuk air. Itu tuh sampai minus”. Dalam halaman yang sama menjelaskan perhitungan air bahwa masyarakat Sumba Barat Daya harus membayar sekitar 400-1.000 untuk satu paket air dalam jerigen kecil. Apabila dikalkulasikan dalam sebulan, satu keluarga bisa mengeluarkan Rp. 480.000 hingga Rp 1,2 juta hanya untuk air bersih.  Dikatakan pula, di Sumba Barat Daya, sebagian besar masyarakat, memperoleh air bersih dengan membeli air tengki seharga 300-400 ribu. Juga ada masalah kurangnya fasilitas dalam memperoleh air bersih sehingga masyarakat setempat berjalan sekitar 2-3 km ke mata air untuk memperoleh air. (https://www.nttonlinenow.com).

Baca Juga :   BMKG SUMBA TIMUR GELAR SEKOLAH LAPANG GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI SBD

Atas dasar ini, upaya – upaya mendapat Sumber air demi masyarakat Sumba, dengan tantangan topografi pegunungan dan bukit-bukit kapur, patut diapresiasi. Di Kabupaten Sumba Barat, melalui program LSM Save the Children Indonesia bekerja sama dengan pemerintah desa dan perkumpulan Stimulant Institute, telah membangun jaringan air di Desa Tana Rara Kabupaten Sumba Barat (https://www.mangabay.co.id). Dan patut dibanggakan yang terjadi di Sumba Tengah bahwa ketersediaan air bersih adalah program strategis Bupati Paulus S. K. Limu dan Wakilnya Daniel Landa. Program tersebut sudah dieksekusi di Desa Ole Ate, Kecamatan Mamboru yang melayani 6.000 jiwa. (https://sumbatengahkab.go.id). Di Sumba Tengah juga di tanggal 9 November 2021 Bupati Drs. Paulus S.K Limu melaunching pembangunan system penyediaan air minum (SPAM) Praikalala di Desa Sambaliloku, Kecamatan Umbu Ratunggai Tengah. (https://Kupang.tribunews.com). Di Desa Patiala Dete, Kecamatan Laboya Barat, Kab. Sumba Barat telah mendapat air bersih  (https://regional.kompas.com).

Atas konsep-konsep serta persoalan-persoalan tersebut, adalah ironis bila pembangunan lain dikerjakan dan diupayakan tetapi air bermasalah; air tidak tersedia bahkan tidak ada untuk masyarakat. Dapat dikatakan kekeringan atau ketidaktersediaan air dalam masyarakat lebih besar dampaknya dibandingkan dengan hal-hal lain. Dengan ekstrim bisa diungkapkan jalan, listrik dan bangunan lain boleh ada dan megah tapi warga atau masyarakat tetap tidak nyaman bila airnya menjadi mahal untuk diperoleh atau air tidak tersedia.

Namun tidak disangkal bahwa persoalan atau upaya penyediaan air menjadi terhambat juga karena Sumba Daya Manusia yang terbatas. Seringkali hambatan penyediaan air atau proses pengaliran air tidak didukung oleh warga itu sendiri. Pemerintah atau pihak swasta sudah memperhatikan dan menyediakan air di beberapa wilayah tetapi tidak dilindungi dan dijaga oleh masyarakat. Headline Pos-Kupang,com memberitakan Pipa di Pasar Prailiu Di Sumba Timur dirusak orang tak dikenal, (https://kupang.tribunnews.com). Demikian juga ditempat atau wilayah lain sering mengalami masalah yang sama yakni potong pipa secara ilegal.

Baca Juga :   Sambut HUT TNI Ke-78, Dandim 1629/SBD Gelar Turnamen Mini Soccer dan Lomba PBB

Sebagai gagasan, melihat urgensi air dalam hidup manusia setiap hari, maka persoalan-persoalan yang menghambat program pengadaan air bagi warga harus diberi solusi dengan berbagai macam cara atau jalan. Menyadari bahwa air mempunyai koneksi yang tidak bisa diputuskan dengan semua dimensi kehidupan; kesehatan, pendidikan, pertanian, kesejahteraan, dll maka sudah seharusnya diperjuangan dan tidak bisa mundur serta memaksimalkan semua potensi daerah berair untuk kepentingan umum. Air adalah eksistensi yang tidak bisa disepelekan atau yang dibahasakan secara politis oleh bapak Bupati Drs. Paulus S. K Limu yakni program strategis. Oleh karena itu, sebagai tawaran, juga digagas oleh Bupati Sumba Tengah, Pertama; Pembinaan mental. Masyarakat harus diberi pembinaan melalui pendekatan- pendekatan baik kelompok maupun individu. Hal ini bukan hal mudah. Dengan mayoritas masyarakat yang rendah Sumber Daya Manusianya butuh perjuangan, kerja keras dan sistem pendekatan yang baik dan benar. Tujuan utama dari pembinaan mental atau karakter adalah supaya warga ikut menjaga sarana-sarana umum atau yang bertujuan untuk kepentingan banyak orang. Bahkan pemerintah harus bekerja dengan seluruh lapisan masyarakat agar tidak ada orang yang melakukan perusakan-perusakan sarana yang bertujuan untuk kepentingan banyak orang.  Kedua; regulasi pengontrolan yang jelas, tegas dan benar. Pemerintah perlu memiliki regulasi dan pengontrolan atau penjagaan untuk keselamatan sarana-sarana yang disediakan oleh pemerintah, khususnya pengadaan air, demi kepentingan rakyat. Harus ada penjaga sarana-sarana umum yang berkaitan dengan air.

Dari hati yang dalam saya ucapkan terima kasih kepada Bupati Sumba Tengah, Bapak Bupati Drs. Paulus S.K. Limu untuk diskusinya yang memotivasi saya untuk membuatnya dalam tulisan ini. Sebagai manusia dan teristimewa sebagai orang Sumba, melihat dan mengalami kehidupan masyarakat yang sering kali kekurangan air, menarasikan gagasan ini, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh kerinduan dan keprihatinan personal agar masyarakat di Pulau Sumba, di wilayah mana saja, tidak kekurangan air bersih. *** (Oleh Rm. Polikarpus Mehang Praing, Pr., Penulis adalah Kepala Sekolah SMAS Seminari Sinar Buana Weetebula).-