Corona Virus – 19 atau yang biasa dikenal dengan COVID-19 telah memberikan dampak yang sangat berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan manusia. Saat ini curva telah melandai dan banyak sektor mulai mengalami pemulihan dan mulai berjalan kembali. Contohnya adalah sektor pariwisata dan ekonomi dimana banyak orang sudah kembali membuka akses untuk pariwisata dan aktivitas ekonomi mulai berjalan. Namun, dalam beberapa sektor lain, COVID-19 membawa pengaruh jangka panjang sehingga membutuhkan waktu dan usaha lebih untuk mengatasi permasalahan yang ada. Salah satunya adalah sektor pendidikan. Salah satu dampak COVID-19 bagi dunia Pendidikan adalah adanya learning loss yakni hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami dampak yang besar dalam dunia pendidikan. Alasanya adalah ketika COVID -19 menyerang, banyak daerah di provinsi NTT belum memiliki sumber daya manusia serta sarana prasarana yang cukup baik dalam dunia Pendidikan. Ini menyebabkan penanggulangan dari akibat COVID-19 dan langkah preventif untuk diaplikasikan dalam dunia Pendidikan cenderung sulit untuk dilakukan. Hal ini menyebabkan, pelajar di daerah NTT mengalami learning loss yang cukup berat.
Ada begitu banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ini. Penerapan merdeka belajar adalah salah satu cara yang ditempuh. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Selain itu, Pendidikan di NTT juga difokuskan pada tiga aspek yakni literasi, numerasi dan Pendidikan karakter. Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat sebagai salah satu pencetus visi “NTT Bangkit, NTT Sejahtera”, mengajak Pemerintah Kota Kupang dan Pemerintah Kabupaten se-Nusa Tenggara Timur untuk bersinergi, membangun komitmen kolektif untuk menyiapkan 1.35 juta anak Nusa Tenggara Timur, agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja sehingga kelak mereka dapat bersaing di bursa tenaga kerja.
Pada hari Rabu tanggal 25 Mei 2022, diadakan talkshow radio pada Radio Republik Indonesia (RRI) Sumba dengan tema: Bangkit, Pulihkan Pendidikan di Nusa Tenggara Timur, Wujudkan Merdeka Belajar” yang bertempat di Waikabubak, Sumba Barat. Terdapat tiga orang narasumber utama dalam talkshow ini yakni Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Ibu Henderina S. Laiskodat, SP. M. Si), Bupati Sumba Barat, (Bapak Yohanis Dade, SH) dan Ketua DPRD Kabupaten Smba Barat (Bapak Drs. Dominggus Ratu Come). Selain itu, talkshow ini juga dihadiri oleh Ketua Tim Pengggerak PKK, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kepela Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat, Akademisi, Perwakilan Guru, Manager Inovasi Provinsi NTT, Budayawan, Perwakilan LSM dan Pelajar.
Ada beberapa tujuan utama dari talkshow ini antara lain adalah untuk mengetahui perkembangan terkini pendidikan di Nusa Tenggara Timur di di tengah ataupun pasca pandemi COVID-19, tantangan dan peluang untuk maju, mendapatkan berbagai informasi tentang kebijakan dan langkah-langkah strategis dalam memulihkan kondisi sektor pendidikan di Nusa Tenggara Timur pasca Pandemi COVID-19, mendapatkan informasi tentang langkah-langkah percepatan yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi Learning Loss dan mendapatkan informasi tentang langkah-langkah percepatan yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan Merdeka Belajar.
Ibu Henderina S. Laiskodat, SP. M. Si sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengatakan bahwa COVID-19 membuat metode belajar mengajar berubah drastis. Namun, kita harus tetap mempunyai target dan terus berinovasi dan mencari tahu cara untuk mencapai target tersebut.
Bapak Yohanis Dade, SH selaku Bupati Sumba Barat mengatakan bahwa kemajuan pembelajaran di Sumba Barat sangat dipengaruhi oleh tiga hal yakni 1) aksesibilitas yakni upaya untuk mengembalikan pelajar yang sudah tidak bersekolah untuk kembali mendapatkan pendidikan baik secara formal maupun non-formal, 2) mutu yakni usaha untuk menyelesaikan permasalahan foundational khususnya literasi dan numberasi. Kabupaten Sumba Barat sudah menjalin kerjasama dengan program INOVASI selama empat tahun untuk membantu mengurangi isu literasi dan numerasi di Sumba Barat. 3) Pendidikan karakter, berkat dukungan inovasi bersama Yayasan Abdi Kasih Bangsa beberapa sekolah di Sumba Barat sudah menjadi rujukan untuk pendidikan karakter. Bapak Bupati Sumba Barat juga memaparkan kendala penerapan merdeka belajar yakni banyak sekolah yang terpencil dan sulit di jangkau. “Selain itu, Tenaga Pendidikjuga masih belum memadai baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun skill yang dimiliki oleh pendidik. Masalah lain yang juga cukup serius adalah infrastruktur yang kurang memadai,” tambahnya.
Bapak Drs. Dominggus Ratu Come selaku Ketua DPRD Sumba Barat menyampaikan bahwa kualitas pendidikan dan kualitas SDM memiliki keterkaitan satu sama lain, pemerintah Sumba Barat harus melakukan upaya peningkatan pada kedua aspek tersebut. Karena kendala yang dialami oleh sektor pendidikan di Sumba Barat adalah kurangnya kuantitas dan kualitas pendidik, selain itu Beliau juga menambahkan bahwa masalah lain yang dihadapi adalah kurangnya sarana prasarana, kurang kedisiplinan dalam dunia pendidikan serta kurangnya beasiswa bagi siswa berprestasi.
Dalam kegiatan ini para peserta juga memberikan pandangan mereka terhadap kondisi Pendidikan di Nusa Tenggara Timur dan khususnya Sumba Barat. Tanggapan beragam datang dari berbagai unsur masyarakat yakni tokoh agama, akademisi dan pendidik.
Bapak Bupati juga mengatakan bahwa pemerintah Sumba Barat sudah mengucurkan dana lebih dari 20 % untuk sektor pendidikan. Namun, karena beberapa keterbatasan seperti kemampuan finansial keluarga diharapkan mampu menunjang kualitas Pendidikan anak. Selain itu, kemampuan pendidik juga perlu diperbaharui. Terlebih lagi karena situasi COVID-19 yang membuat proses belajar mengajar menjadi terhambat.
Ibu Henderina S. Laiskodat, SP. M. Si menyarankan bahwa kita harus bisa membuat regulasi yang mengatur pendidik agar pemerataan guru. Karena banyak guru-guru yang ditempatkan di NTT cenderung untuk meminta pindah ke daerah lain tidak berselang lama saat pengangkatan. Selain itu, beliau juga menanggapi pendapat peserta yang mengatakan bahwa isu Pendidikan selalu dipengaruhi oleh isu politik. Semuanya harus k embali pada integritas. Beliau juga berpendapat bahwa kalau kita terus melakukan pendekatan konvesional maka kemungkinan kita tertinggal.
Bapak Kristian Taka selaku Wakil Bupati Sumba Barat Daya dalam sesi diskusi mengatakan bahwa jumlah sekolah dan kualitas tenaga pendidikan belum signifikan. Talkshow RRI Sumba yang berlangsung kurang lebih selama 90 menit ini berjalan dengan sangat baik. Diskusi yang sangat menarik berisikan pendapat dari para peserta dan tanggapan dari Narasumber diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan baik agar learning loss semasa COVID-19 perlahan dapat dihilangkan demi kemajuan pendidikan di provinsi Nusa Tenggara Timur. (*** Penulis adalah pemerhati bidang pendidikan, dosen STKIP Weetabula).-