Hebatnya Presiden Kita, Masa Depan Indonesia dengan Kontrak Karya

ARAB SAUDI datang ke Indonesia disambut sangat terhormat sebagai Tamu Negara yang akhirnya hanya Menginap di Bali tanpa jadi Kerjasama Besar dengan NKRI.  CHINA, datang ke NKRI sebagai Negara yang bekerjasama dalam investasi membangun Infrastruktur NKRI dan bersedia KONTRAK KARYA.

EUROPA, kerjasama yang selama ini berjalan hanya sebagai pembeli hasil bumi Indonesia tidak bersedia kerjasama dalam bentuk KONTRAK KARYA,   hingga akhirnya Uni Eropa menganggap NKRI dipimpin Joko Widodo ditakuti.

Sebenarnya…, kenapa ada sebagian rakyat yang demo….? Sebagian rakyat itu demo…, karena mereka tidak percaya sama pemerintah.

Kenapa mereka tidak percaya….? Karena mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan pemerintah. Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu…, apa yang diam-diam dikerjakan oleh Pak Jokowi….?

Saat ini Arab Saudi lagi sadar, bahwa minyak bumi mau habis, sehingga Putra Mahkotanya diperintah untuk diplomasi kemana-mana dan membangun investasi di negara lain.

Pemerintah kita juga sadar, bahwa masa depan dunia ini bukan lagi minyak bumi tapi nikel. China sudah memiliki teknologi dan secara masif memproduksi mobil listrik. Uni Eropa tak mau kalah, mereka telah lebih dulu memproduksi mobil listrik dan memperkenalkan ke ujung dunia.

Namun,  mendadak Uni Eropa marah karena Jokowi melalui PERMEN No 11 tahun 2019 melakukan penghentian ekspor bahan mentah bijih nikel ke Eropa. Uni Eropa menggugat Jokowi ke WTO, karena larangan ekspor ini.

Dan jokowi menjawab, “Indonesia tidak lagi ekspor bijih nikel, Indonesia akan membangun sendiri pabrik baterai untuk bahan bakar mobil listrik”. Apakah kita tahu cerita ini .? Tentunya tidak semua dari kita tahu cerita ini.

Apakah Jokowi cuma membual ? Tentu tidak, Jokowi tidak ada potongan sebagai pembual. PT Vale Indonesia adalah perusahaan pertama yang melaksanakan Kontrak Karya penambangan bijih nikel pada tahun 2014, dan perusahaan tambang ini 58% sahamnya adalah milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Baca Juga :   MELAMPAUI DEMOKRASI

Artinya apa, Perusahaan Nikel terbesar ini,  dikelola oleh bangsa sendiri. Dan masih banyak lagi perusahaan nikel lain, yang berkonsep Kontrak Karya tersebar di Sulawesi. Pembangunan perusahaan nikel ini, amat masif di periode pertama pemerintahan Jokowi.

Apakah kita tahu itu ? Dahulu Indonesia selalu mengekspor bijih nikel mentah ke Uni Eropa. Uni Eropa sangat senang karena bisa membeli bahan baku baterai dengan sangat murah dari Indonesia. Apa gunanya  Eropa mampu memproduksi mobil listrik jika tidak punya bahan baterainya ?

Nah, sekarang bayangkan juga konglomerat yang sudah makan enak hasil ekspor nikel ke Eropa ? Mereka pasti gigit jari,  karena sudah dilarang sama Jokowi. Apakah mereka diam ? Pastinya tidak dan sudah pasti melawan dengan berbagai cara.

Kini, Jokowi menghentikan tabiat buruk itu. Jokowi membangun perusahaan nikel dari hulu ke hilir, sehingga kita tidak akan menjual nikel dalam bentuk bahan mentah yang murah, tapi dalam bentuk baterai yang mahal.

Di satu sisi  kita mendapat keuntungan yang berlimpah, di sisi lain  Eropa akan sangat bergantung pada kita. Apa ini jalan mulus ? Kita orang awam melihatnya mulus dan lancar, tapi apa kita paham perlawanan besar dunia sedang menghantam Jokowi saat ini ?

Even presiden yang mereka bilang plonga plongo itu  di balik layar sedang perang melawan Uni Eropa. Apa kita tidak menyadari hal itu ? Seberapa kuat Jokowi mampu memenangkan perang ini ? Wong di dalam negeri saja, banyak diantara kita yang kerjaannya cuma dema-demo. Jokowi kemudian membangun perusahaan Baterai Electric Vehicle (EV) yang sekalipun banyak diprakarsai perusahaan China, namun tetap prinsipnya adalah Kontrak Karya.

Kenapa China, China adalah negara dunia ketiga, yang hari ini juga gencar memproduksi Mobil Listrik selain Uni Eropa, bahkan melewati prestasi Amerika. Uni Eropa hanya ingin membeli bahan baku nikel dari kita  dan enggan melakukan kerjasama.

Baca Juga :   Pemerintah Membagikan Kompor Listrik kepada Masyarakat, Pahami Kelebihan dan Kekurangannya

China sadar; bahwa mereka memiliki teknologi dan SDM,  Ahli, tetapi tidak memiliki bahan baku baterai. Sementara Indonesia memiliki bahan baku tapi tidak dengan teknologi. Mutualisme ini melahirkan investasi yang saling menguntungkan.

Inilah asal muasal mereka pada heboh TKA China, mereka menolak, karena belum tahu latar belakang ceritanya bukan ? Jika bukan China masa depan cerah Indonesia akan terlewatkan. Arab Saudi sudah diundang,  tetapi tidak mau menanamkan modalnya  karena jelas Arab Saudi tidak punya teknologi itu.

China tidak merampas kesempatan pekerja, karena dalam perjanjiannya China hanya akan mendatangkan tenaga terkait mesin dan alat produksi yang berkaitan dengan teknologi mereka. Begitu juga soal TKA China yang di Sulawesi, mereka bertugas mengaplikasikan instalasi alat-alat dari perusahaan China ke Indonesia, untuk mendirikan pabrik nikel sampai pada produksi baterainya.

Apa wajah masa depan Indonesia ???  Minyak bumi akan habis,  Arab Saudi sudah kebingungan untuk menanamkan modalnya kemana-mana. Eropa terutama Jerman  dan juga Jepang  sedang banting setir dari otomotif emisi menuju otomotif listrik  tapi mereka tidak punya baterainya.

Hanya Indonesia yang punya bahan baku,  lahan,  SDM dan pasar. Nah, bagaimana cara untuk memperlancar itu semua ? Indonesia harus siap infrastruktur, karena bentuk geografis kita adalah pulau dengan jangkauan yang sangat luas. Lalu regulasi; Omnibus Law ini adalah senjata jitu, untuk memuluskan transisi berpindahnya banyak sekali perusahaan asing ke negeri ini.

Lantas, apa kita tidak takut nanti negara kita dijajah bangsa asing ? Jangan samakan era sekarang dengan jaman Pak Harto. Sekarang kita sudah memiliki UU Kontrak Karya,  apapun bentuk usaha asing yang masuk ke negeri kita,  minimal 51% sahamnya harus milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah.  Kalau sudah menguasai 51% saham, maka kita adalah pengelola aktif,  saham yang lain itu hanya menyokong dana dan saran.

Baca Juga :   MENGAPA HARUS TERAMPIL BERBAHASA INDONESIA?

Apa Jokowi bisa menjamin pelaksanaan UU tersebut, buktinya sudah nyata yaitu Freeport. Dahulu kita cuma menikmati 9% keuntungan, sekarang kita sudah memiliki 51% keuntungan Freeport. Apa mereka tahu perjuangan Jokowi untuk merebut 51% itu ???

Ya sudah pasti tidak tahu, wong kerjaan mereka cuma mainan hoaks dan demo kemana-mana kok. Pada 2030;  ditargetkan seluruh armada Trans Jakarta adalah Bus Listrik. Dan setelah pabrik baterai, plan berikutnya adalah pabrik Mobil Listrik.

Apakah ini hanya rencana ? Indonesia sudah memulai pembangunan pabriknya, kalau tidak percaya silahkan googling Mobil Listrik Indonesia. Kalau masih belum percaya lagi, lihat Perpres Nomor 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Belum percaya lagi ? Lihat produk-produk kebijakan apalagi yang sudah dilandaskan pada Perpres tersebut.

Apa tidak mungkin kita akan menjuarai otomotif dunia, karena bahan bakunya kita yang punya ? Apa tidak mungkin kita akan semakmur Arab Saudi di masa mendatang ? Jokowi tinggal 4 tahun menjabat, itupun masih mereka recoki dengan isu-isu hoaks.  Nikel…, baterai EV…., dan  mobil listrik adalah masa depan Indonesia. *** Dituliskan kembali oleh Mas Ali Ismail Irfan; Jogja 1 January 2021.-