UMKM, USAHA KECIL PANGAN DAERAH

 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), merupakan usaha perdagangan yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Laurensia Barekina Hayon

Salah satu UMKM yang berada di daerah kami, tepatnya di Desa Radamata, Kecamatan Kota Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT, adalah usaha  rumahan pembuat kripik dengan berbagai jenis bahan lokal yang banyak terdapat di daerah kami.

Ibu Suhartini S Wondo, adalah seorang guru Sekolah Dasar, pemilik usaha pembuat kripik yang ia beri nama : KRIPIK  UNAH. Usaha KRIPIK UNAH ini banyak sekali menyediakan berbagai jenis kripik yang terbuat dari pisang, petatas ungu dan ubi keladi .

Menurut  pemilik usaha KRIPIK  UNAH,  Suhartini S Wondo    usaha ini merupakan usaha turun-temurun dari sang ibu. Awal mula pemilik usaha KRIPIK UNAH, berawal dari jajanan yang dibuat oleh sang ibu, untuk  kebutuhan sehari hari, namun karena  kebanyakan sehingga sang pemilik usaha KRIPIK UNAH (Surhati S Wondo) mulai berpikir untuk membantu ibunya membungkus dan menitipkan di kios-kios kecil yang ada di dekat tempat tinggalnya. Alhasilnya masyarakat yang ada di Desa Radamata menyukai  kripik tersebut dan KRIPIK UNAH laris terjual habis.

 Awal produksi kripik tidak terlalu banyak, pada waktu itu modal yang dikeluarkan untuk  usaha kripik Unah berjumlah Rp.150.000,- Anggaran minyak bimoli dulu tahun 2017 masih dengan harga Rp.75.000, pisang 1 tandan dengan harga Rp.50.000,- sedangkan sisa Rp.25.000,-  beli garam, Masako (penyedap rasa) dan minyak tanah.

Seiring berjalannya  waktu KRIPIK UNAH mulai berkembang pesat, dulunya KRIPIK UNAH hanya dititipkan di kios-kios kecil, sekarang  sudah di minimarket terdekat  dan di bandara Tambolaka.

Baca Juga :   Pulihkan Pendidikan di NTT, Wujudkan Merdeka Belajar

Strategi yang dilakukan ibu  Suhartini S wondo agar pelanggan setia kripik Unah tetap menyukai kripik unahnya yakni  dengan cara tetap menjaga kualitas dan kestabilan rasa.

Dengan berkembangnya usaha KRIPIK UNAH ini, banyak sekali memberikan motivasi kepada masyarakat di daerah kami untuk mulai membuat usaha rumahan seperti yang sudah dilakukan oleh ibu Suhartini S Wondo ini. Bahkan tidak jarang pihak perbankan meminta bantuan ibu Suhartini S Wondo untuk membantu memberikan sosialisasi terhadap para nasabah calon penerima bantuan kredit UMKM.

Dampak pandemi COVID-19 yang terjadi di daerah kami, atau di seluruh Indonesia bahkan dunia, cenderung membuat penghasilan sang pemilik usaha KRIPIK UNAH menurun drastic, karena lemahnyanya tingkat konsumsi dalam rumah tangga dan daya beli masyarakat, yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Akan tetapi sebelum pandemi COVID-19, pemilik usaha KRIPIK UNAH mengatakan keuntungan per harinya bisa mencapai 2 juta hingga 3 juta Rupiah/hari.

“Namun pandemi COVID-19 menyebabkan menurunnya omset usaha kami hingga mencapai 750 ribu sampai 1juta rupiah /hari” kata pemilik Usaha KRIPIK UNAH tesebut.

Hal tersebut menunjukan lemahnya perekonomian yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ini. Dampak ini pula tidak hanya dirasakan oleh ibu Suhartini saja, tetapi juga dirasakan ole hampir sebagian besar pelaku UMKM lainnya. Bahkan tidak banyak pelaku UMKM memilih menutup usaha karena omsetnya sangat tidak memenuhi target.

Hal ini pula disebabkan karena pemerintah menerapkan kebijakan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk membatasi penyebaran virus COVID–19 yang sangat mematikan ini.

Harapan Pemerintah, bila mana keadaan sudah menjadi normal kembali para pelaku bisnis UMKM bisa  menjalankan bisnisnya kembali. Sebab UMKM sangat besar pengarunya dalam menyerap tenaga kerja yang sangat besar dibandingkan dengan usaha lainnya di Indonesia.

Baca Juga :   Mari Kita Bangun “Tujuh Jembatan Emas”

Ibu Suhartini S Wondo, pemilik usaha KRIPIK UNAH mengatakan bahwa dimasa pandemi COVID-19 ini adalah merupakan sebuah tantanggan bagi pelaku usaha UMKM, supaya dapat bertahan dan berusaha agar bisnisnya tetap berjalan dan tidak sampai bangkrut.

“Membangun sebuah usaha harus didasari dengan keseriusan, ketekunan, dan yang paling prinsip adalah buanglah rasa malu, karena rasa malulah yang menyurutkan niat kita untuk berusaha dalam meningkatkan usaha kita itu sendiri” ungkap ibu Suhartini S Wondo.*** (Penulis adalah  Mahasiswi Semester I Tahun Ajaran 2021/2022 Universitas Taman Siswa Yogyakarta).-