Tambolaka-SJ ………….Klasis Loura akhirnya tampil sebagai juara 1 Lomba Pesparawi Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) yang diselenggarakan di GKS Jemaat Weetobula Tambolaka SBD pada 6 – 7 Desember 2018 dengan total skor 84,43 yang disusul oleh Klasis Nyura Lele Wee Paboba dengan skor 83,75 dan Klasis Lele Maya pada posisi ketiga dengan skor 81,93.
Keputusan ini diambil oleh dewan juri yang terdiri atas Maksen J. Nope, S.Th (ketua), Drs. Jemi O. Dima, MM (sekretaris), Ros Mbakundima, A.Md, Yoel Kole, A.Md, dan Simson P.E.Beok, S.Sos (anggota). Lomba ini sendiri diikuti oleh 9 klasis se-SBD dari 15 klasis yang diundang diantaranya Nyura Lele Maya (81,50); Klasis Wewewa (80.00), Wee Kombaka (75,12), Lolo Ramo (74,62), Waimangura Yango (73,62) dan Wee Paboba Yara (72,87).
Ketua tim juri Maksen J. Nope , S.Th kepada media mengatakan memberi apresiasi yang besar buat semua peserta lomba karena hanya memiliki waktu 2 minggu untuk latihan tetapi sudah tampil bagus, dengan tingkat kesulitan lagu wajib yang cukup tinggi.
“Yang saya lihat adalah rasa panggilan dan antusiasme para peserta itu sangat luar biasa, selain waktu latihan yang mepet, mereka juga mempersiapkan kostum yang baik, sehingga saya melihat anggaran yang dikeluarkan itu sangat tinggi dan mereka tampil dengan kualitas yang luar biasa baik untuk kostum maupun nyanyian, ini menunjukan kualitas mereka seolah-olah persiapan dan latihan sudah 2 atau 3 bulan yang lalu. Orang SBD itu mempunyai kemampuan dan talenta untuk bernyanyi apabila dilatih secara rutin. Bahan bakunya sudah ada tinggal diolah dan dipoles.” ujarnya memuji.
Maksen memberi himbauan jika harus tampil di level yang lebih tinggi di tingkat provinsi maupun nasional, maka bisa dilakukan audisi ulang dengan menggabungkan beberapa person dari tiap Paduan Suara (PS), karena dari 9 PS yang ikut lomba mempunyai anggota yang memiliki kualitas di atas rata-rata sehingga kalau ini digabungkan maka akan menghasilkan satu grup PS yang sangat bagus.
Lebih lanjut Maksen juga berharap agar Pesparawi yang baru pertama di gelar ini agar ada keberlanjutannya. Dirinya berharap agar adanya komunikasi yang baik antara Gereja dengan Pemda, karena kegiatan ini bisa terlaksana karena ada campur tangan Pemerintah.
“Gereja yang menjadi prioritas pelayanan sehingga gereja harus bisa membangun komunikasi yang harmoni dengan pihak-pihak lain khususnya Pemerintah. Setelah melihat suksesnya Pesparawi I ini pasti Pemerintah punya semangat dan tidak ragu untuk terus diselenggarakan. Gereja juga harus membangun satu budaya pada hari-hari gerejawi baik Paskah, bulan keluarga, HUT GKS, Natal dan lain sebagainya, even-even lomba dipergunakan, sehingga bibit-bibit yang selama ini tidak pernah dipergunakan pasti akan muncul minimal 1 atau 2 orang akan muncul setiap lomba. Vocal Group, PS Wanita, PS Kaum Bapak dan PS Pemuda digalakan pasti akan terus mendapatkan bibit baru ” ungkapnya.
Anggota Panitia Ina Herawati dan Salomi Woli yang dihubungi media menyampaikan waktu dua minggu menjadi kendala sehingga keterlibatan semua klasis belum dapat terealisasi. Dan di tahun 2018 ini merupakan pelaksanaan nasional untuk tingkat kabupaten saja. Sedangkan untuk tingkat nasional 3 tahun sekali diselenggarakan.
“Jadi mulai tahun 2019 untuk tingkat kabupaten, 2020 untuk tingkat provinsi dan tahun 2021 tingkat nasional. Jadi tahun depan 2019 kami akan selekssi ulang 3 kabupaten, sehingga kami harapkan pada tahun depan yang belum mengikuti bisa ikut nanti” tutur Ina Herawati dan Salomi Woli.
Untuk tempat pelaksanaan belum direncanakan oleh Pemerintah, yang pastinya kesiapan fasilitas dan mudah dijangkau akan merupakan hal yang dijadikan indikator untuk tempat penyelenggaraan Pesparawi.
Ditempat terpisah Pdt. Jack Malo Bili, S.Th GKS Palla Wewewa Utara yang dihubungi media mengapresiasi Pemda SBD yang memfasilitasi Pesparawi ini sehingga dapat terselenggara dan juga mengapresiasi 9 klasis yang tampil secara serius karena masa persiapannya sangat singkat hanya dalam tempo satu bulan perencanaan dan dua minggu latihan.
Dirinya berharap agar paduan suara dihidupkan dijemaat masing masing, bukan saja untuk dilombakan tapi untuk mengisi liturgi hari minggu.
“Kita juga berharap melalui lomba Pesparawi ini agar menjadi semangat baru dalam membina pemuda dan remaja agar terus dilatih untuk memahami Not dan olah vocal yang benar, sehingga pengkaderan dalam musisi-musisi gerejawi terus berkesinambungan” tutupnya. (OC$),-