Suarajarmas.com – Penyuluh Pertanian mempunyai tugas dan fungsi memberikan penyuluhan kepada petani melalui pendekatan kelompok tani agar mereka mengetahui informasi terbaru dalam dunia pertanian. Peran penyuluh pertanian dalam hal ini juga menggiring masyarakat petani dalam upaya pengambangan peran kelompok tani supaya lebih berkembang lagi.
Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Sejatinya tugas seorang penyuluh pertanian atau yang lebih sering disebut dengan PPL adalah memberikan penyuluhan pertanian kepada pelaku utama (petani) dan pelaku usaha beserta keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. PPL merupakan petugas lapangan dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan kabupaten/kota yang diperbantukan untuk memberikan pengarahan, pembinaan, dan penyuluhan di bidang pertanian dengan basis administrasi kecamatan.
Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) didukung oleh William & Lily Foundation (WLF), mengimplementasikan Program Peningkatan Mata Pencaharian Pertanian (PERMATA) untuk meningkatkan akses kelompok tani terhadap potensi mata pencaharian Sumba, khususnya di 9 desa di 3 kecamatan, yaitu Desa Pero, Desa Kabalidana, Desa Weemangura (Kecamatan Wewewa Barat); Desa Weekokora, Desa Weepatando, Desa Kanelu, dan Desa Weerame (Kecamatan Wewewa Tengah); dan Desa Wee Londa dan Desa Wee Rena (Kecamatan Kota Tambolaka) mengandalkan PPL sebagai mitra utama di lapangan.
Koordinator Program YBTS, Junike Susan Medah menuturkan pada media ini di sela-sela kegiatan pelatihan Community Organizer & Community Development (CO-CD) di Hotel Sinar Tambolaka, Selasa (1/8/2023), PPL adalah ujung tombak program dalam memberikan pendampingan bagi para petani di 9 desa.
PPL bagi YBTS adalah merupakan sosok yang sangat penting, karena PPL mengidentifikasi petani, membentuk dan mendampingi kelompok tani (Poktan). Pekerjaan PPL sangat penting dalam pengelolaan sumber daya masyarakat, karena mayoritas penduduk SBD adalah petani.
“Mereka mampu menggerakan petani untuk merubah mindset, menerima teknologi, menerapkannya dan keberlanjutannya. Petani kita ini adalah orang-orang yang kadang-kadang kurang percaya diri untuk melangkah di berbagai perkembangan teknologi saat ini, PPL lah yang mampu mendorongnya, PPL bertindak sebagai mediator, motivator, inovator dan bisa membangun komunikasi yang efektif.” ujar Junike.
Melihat peran PPL yang sangat penting bagi para petani, mendorong YBTS menggelar pelatihan untuk membantu PPL memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, mengidentifikasi secara benar, menentukan prioritas kegiatan untuk Poktan sesuai denan kemampuan dan keterbatasannya.
Junike menambahkan untuk mendukung kinerja PPL yang semakin bagus, maka teknik memfasilitasi perlu ditingkatkan. Kemampuan untuk memyampaikan berbagai pengetahuan sehingga bisa diterima dan dipahami oleh para petani.
Melihat peran PPL yang sangat penting dalam mendampingi para petani, Junike berharap adanya perhatian ekstra dari Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Perkebunan agar menambah pengetahuan dan ketrampilan bagi para PPL. Kemampuan teknologi secara personal perlu didukung, kemampuan pendampingan dan kemampuan transfer ilmu dan tekonlogi perlu ditingkatkan, hal ini karena SDM para petani yang tidak sama, sehingga PPL harus mampu mentransfer mendampingi menurut klasifikasi masing-masing petani.
Junike berpesan bagi para PPL yang merupakan ujung tombak pemerintah dalam mendampingi petani agar mencari mitra petani untuk digandeng, sehingga PPL tidak harus berjalan sendiri, ada petani yang juga sudah mempunyai kemampuan yang bisa menjadi mitra PPL di lapangan.
“Jika PPL membuka ruang itu, maka akan memberikan kepercayaan untuk meningkatkan kapasitas petani secara bersama-sama. PPL juga harus mampu membangun koordinasi dan menjalin kerjsama yang baik dengan Pemerintah Desa, karena desa juga bisa mendukung program PPL dengan dana desa yang ada” imbaunya.
Hal senada secara tepisah disampaikan oleh Ryan, koordinator WLF di Sumba, PPL merupakan ujung tombak keberhasilan program pertanian dan perkebunan. PPL merupakan mitra YBTS dan WLF yang sedang melakukan pendampingan dengan program PERMATA saat ini.
“Kami tidak pernah berjalan sendiri, kami selalu bersinergi dengan Dinas Pertanian khususnya teman-teman PPL. Program memberikan pelatihan dalam hal peningkatan kapasitas PPL, memberikan kesempatan untuk melihat praktik-praktik baik di luar Sumba, join monitoring dengan PPL (memang lebih spesifik dengan BPP)” kata Ryan.
Menurut Ryan, dengan adanya pelatihan yang diselenggarakan saat ini pelatihan CO-CD, merupakan metode agar warisan/peninggalan dari WLF dan YBTS yaitu program PERMATA tidak terputus dan keberlanjutannya aakan dilakukan oleh PPL.
Dirinya berharap agar PPL yang sudah ada, memiliki skill tambahan dalam bidang hortiklultura, karena tugas PPL merambah banyak tidak hanya hortikultura. Sehingga ketika mendampingi Poktan dampingi mereka dan ada potensi hortikultura di situ, PPL sudah tahu apa yang harus dilakukan bagi petani. Selain itu PPL juga terlibat di jaringan petani sebagai marketing (perwakilan), sehingga peningkatan kapasitas sebagai penyelenggara (pelaksana) dan pengembangan petani sangat diperlukan.
Dalam kesempatan itu Ryan berpesan agar PPL diberi ruang atau porsi yang lebih nyata agar PPL bekerja lebih semangat. Diciptakan suatu skema dimana PPL bisa lebih fokus dan mendapat kompensasi yang layak atas prestasi dan capaiannya.
“Pemda harusnya memberikan apresiasi dalam artian Pemda menciptakan skema dalam artian memberikan tunjangan kinerja, oleh karena itu dibuat suatu sistem dari Dinas Pertanian di Kabupaten, PPL diberikan target dalam hal pendampingan atau tingkat produktivitas dari Poktan, siapa yang berhasil mencapai bahkan melebihinya perlu mendapat reward atau kompensasi atas capaian prestasi tersebut” harapnya.
Ryan menjelaskan alasannya memberikan saran pada pemerinah tersebut, karena program PERMATA dan SEHATI dari YBTS dan WLF bisa berhasil juga tidak terlepas dari peran dan andil besar para PPL di desa. Program yang dijalankan dalam bidang hortikultura, tetapi PPL yang ada mempunyai kemampuan tidak saja di bidang hortikultura tetapi juga untuk tanaman pertanian lainnya seperti padi dan jagung.
Para PPL bekerja dengan penuh hati, berinteraksi dengan para petani yang tidak sama SDMnya, PPL mampu memberikan pencerahan dan pendampingan serta juga memberikan solusi-solusi bagi permasalahan yang dihadapi para petani di desa.
“Jujur saya mau katakan menjadi PPL merupakan pekerjaan yang sangat mulia, karena mereka bisa menjadi agen perubahan bagi bidang pertanian dan perkebunan” pungkasnya. *** (Octa/002-23).-