YWKW Membuka Geleri Tenun Ikat Sumba

Waibakul-SJ………  Kain tenun ikat Sumba adalah salah satu bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Provinsi NTT. Tenun ikat ini salah satu kain nusantara nan eksotis yang diciptakan oleh para seniman tenun (artisan) dari Sumba, jenis kain adat yang berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Jenis dan corak kain itu sudah lama terkenal karena unik berdasarkan bahan yang digunakan, motif dan proses pembuatan yang memerlukan waktu relatif lama.

Geleri Yayasan Wahana Komunikasi Wanita (YWKW) telah membuka Geleri kain adat Sumba dengan berbagai warna kain dengan harga mulai dari 250.000 – 1.000.000 yang bertempat di Waihibur jalur Waingapu Kecamatan Umbu Ratunggay Barat, Kab Sumba Tengah.

Menurut Derektur YWKW, Faridah Padu Leba menjelaskan bahwa Pulau Sumba sangat indah dan terkenal di dunia sebagai salah satu pulau terindah. Tetapi tentang keindahan pulau itu merupakan penilain tahun 2000-an, sedangkan daya pikat tenun ikat tradisional terkenal sejak berabad-abad yang lalu, dan terus dijaga oleh para wanita Sumba.

“Mereka menangani seluruh proses tenun ikat mulai dari memilih motif, mempersiapkan bahan-bahan (benang, pewarna), proses penenunan sampai menghasilkan selembar kain” ungkapnya memuji para wanita Sumba.

Lanjutnya selain terkenal dengan panorama yang memukau dan alam yang masih lestari, Pulau Sumba yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata memiliki warisan leluhur yang patut kita jaga, yakni kain tenun ikat Sumba.

Jenis dan corak kain tenun ikat Sumba sudah lama populer karena keunikan cara pembuatannya serta bahan yang digunakan. Motif dan proses pembuatan kain tenun ikat Sumba memerlukan waktu relatif lama.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian tenun adat ini dilakukan oleh Yayasan Wahana Komunikasi Wanita yang berkorborasi dengan Kabupaten tetangga yaitu Sumba Timur, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.

Baca Juga :   ALUNAN MUSIK DAN PUISI PEREMPUAN SABANA

“Tujuan utama yayasan ini adalah untuk menguatkan dan meningkatkan kreativitas masyarakat Sumba agar tetap menjaga adat istiadat tradisional jangan puna” tuturnya. *** (Marten/016-22).-