PARADE KUDA & FESTIVAL TENUN IKAT SEBAGAI AJANG PELESTARIAN BUDAYA SUMBA

Tambolaka-SJ …………… Dalam upaya melesetarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur dan juga sebagai ajang promosi wisata Pemerintah kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) menyelenggarakan Parade Kuda dan Festival Tenun Ikat di stadion Galatama Tambolaka SBD Selasa, 23 Juli 2019 siang.

Kegiatan ini dihadiri oleh Staf ahli Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Flori Mekeng, perwakilan Pemda sesumba, Pimpinan DPRD dan anggota Sesumba, Ketua PKK Kabupaten Sumba Barat Daya, Ketua Darma Wanita Kabupaten Sumba Barat Daya, Para Camat Se-Kabupaten Sumba Barat Daya, Ketua Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya,Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda,Tokoh Wanita Kabupaten Sumba Barat Daya, Pengrajin tenun ikat dan peserta Parade Kuda Kabupaten Sumba Barat Daya.

This image has an empty alt attribute; its file name is IMG_2971-300x225.jpg

Dalam sambutannya Bupati Markus Dairo Talu mengapreasiasi penyelenggaraan parade Kuda dan Festival Tenun Ikat Kabupaten Sumba Barat daya peristiwa yang sangat emosional karena orang Sumba kembali diingatkan dengan para leluhur, orang Sumba kembali diingatkan dengan peristiwa adat yang perna dialami.

“Dua tahun yang lalu Bapak Presiden Republik Indonesia bersama Ibu dan beberapa petinggi Negara berkesempatan hadir di tengah-tengah kita ditempat ini dalam acara yang sama. Oleh karena itu semangat kita ini sungguh beralasan sebagai warga yang memahami Budaya dan juga menciptakan barang-barang Budaya, maka pagelaran ini menjadi ajang yang tepat bagi kita sekalian” ungkapnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is 3-2-1-300x225.jpg
Peserta dan Panitia yang sangat antusias menyaksikan parade kuda

Lebih lanjut Bupati MDT mengatakan sebagai ajang promosi kepariwisataan, budaya dan karya budaya Sumba sangat menarik minat para wisatawan. Makna lain dari event ini adalah sebagai ajang eksploitasi citra diri orang Sumba tentang kecakapan, ketrampilan dan kemahiran wanita-wanita Sumba didalam membuat tenun ikat dan bagi kaum pria Sumba merupakan momentum untuk memperlihatkan ketangkasannya ketika berkuda.
Salah satu peserta tenun ikat Adriana Tamo Ina yang berasal dari Lombu Kecamatan Wewewa Tengah SBD mengatakan dirinya sangat senang mengikuti festival tenun ikat ini. Persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan yang dibeli antara lain berpakai macam warna benang sesuai selera pemesan.

Kadis Peternakan SBD, drh. Rihimewa Anggung Praing, MP saat beratraksi di atas kuda Sumba

“Kami mempunyai kelompok tenun sendiri yang terdiri atas sepuluh orang dan ada ketua yang kontrol biasa dipanggil Mama Minto. Dan kalau sudah jadi kain kami jual dengan harga Rp. 200.000,- ya sesuai dengan kwalitasnya juga karena satu dos benang Rp. 80.000 dari masing-masing warna” katanya.
Lebih lanjut Adriana mengatakan untuk menghasilkan satu lembar kain/sarung membutuhkan waktu yang lama paling tidak membutuhkan waktu 4 hari. Karena masih urus keluarga kalau tenunya di rumah.
Pantauan media kegiatan yang dibuka oleh Bupati MDT ini berjalan cukup meriah, peserta dari seluruh kecamatan cukup antusias mengikutinya ditambah lagi adanya turis-turis yang dari sekolah hotel Sumba yang turut menghadiri serta melihat langsung proses tenun dan ketangkasan berkuda dari kaum pria.


Wakil ketua DPRD SBD, Hermanus Ndara Jakadana yang dihubungi media usai kegiatan mengatakan sangat mendukung upaya Pemerintah untuk melestarikan budaya Sumba khususnya di SBD. Karena dirinya melihat budaya Sumba hampir punah.
“Kami dari DPRD sangat mendukung, dan setiap tahun harus menjadi agenda rutinitas Pemerintah untuk mempertahankan budaya Sumba” tuturnya.
Khusus untuk atraksi kuda yang dipamerkan dalam kegiatan ini, Herman mengatakan masih belum maksimal karena tidak dilengkapi dengan tata rias kuda seperti giring-giring. Giring-giring ini merupakan satu perlengkapan yang mutlak dipasang apabila kuda-kuda ini akan berlaga dalam Pasola.

This image has an empty alt attribute; its file name is 2-3-300x225.jpg
Wakil Ketua DPRD SBD, Hermanus Ndara Jakadana (tengah baju kuning) saat menyaksikan acara parade kuda dan festival tenun ikat di Tambolaka SBD

“Harapan kami agar Pemerintah lebih optimal kedepan dalam event-event seperti saat ini. Saya melihat panitia pelaksanaan saat ini belum terlalu maksimal. Jangan dianggap hanya rutinitas yang dilakukan, tetapi harus dilihat manfaatnya dalam rangka promosi dan pengembangan pariwisata Sumba. Dari sisi keindahan, secara holistik cukup bagus untuk dikembangkan kedepan. Sedangkan untuk tenun ikat, Pemerintah seharusnya menurunkan penenun-penenun dari seluruh kecamatan” ungkapnya.
Herman juga menyarankan pada Pemerintah agar kedepan memperhatikan dari sisi perlengkapan untuk parade kudanya, sedangkan untuk kelompok tenun agar mempertahankan nilai-nilai budaya Sumba jangan ada kombinasi-kombinasi dari budaya lain.

Baca Juga :   Kampung Adat Toda Sebagai Rumah Singgah Wisatawan

“Motif asli Sumba Barat Daya agar lebih diperhatikan dan dipertahankan.Seharusnya itu yang ditampilkan. Kepada masyarakat kami juga menghimbau melalui event yang digelar oleh Pemerintah, agar meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan budaya Sumba khususnya SBD. Langkah-langkah yang diambil oleh gubernur untuk berpakaian adat pada hari Selasa dan Jumat, merupakan langkah yang bagus dalam rangka peningkatan dan pelestarian budaya di NTT” tutupnya mengakhiri perbincangan dengan media. (Octa/Noflin),-