MELALUI MUTASI GURU SEMAKIN DIBENTUK DALAM KARYA PELAYANAN

Ada seorang guru merasa sedih, karena dimutasikan  dari suatu tempat ketempat yang lain. Tetapi dalam hati nuraninya yang terdalam, Ia merasa terpanggil dan paling bahagia jika bisa mendengarkan jerita anak-anak. Hatinya merasa tergerak kalau anak-anak ramai dan hatinya sangat rindu untuk ditanyai ini dan itu. Kita tak bisa membayangkan, bagaimana kalau seorang guru, Kepala Sekolah tidak mutasi dan kekal ditempat. Dan bagaimana afeknya, kalau guru, Kepala Sekolah dimutasikan dari suatu tempat ketempat yang lain. Di awal Tahun 2020 begitu gempar mutasi guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas di Kabupaten Sumba Barat Daya. Belum lagi mutasi bagian struktural. Mutasi terjadi antar wialayah. Dan memang aturan sudah berkata yang termuat dalam Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara  Nomor: 12/SE/1975 taggal 14 Oktober 1975, tentang wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dimana dalam lamaran dinyatakan,  bersedia ditempatkan dimana saja.

 Melalui media ini, Petrus Moa,S.Ag (56) kelahiran Ende Flores mengatakan bahwa Mutasi bisa saja dilakukan tetapi harus dikaji dengan baik agar jangan merugikan salah satu pihak. Bisa jadi, mutasi untuk meningkatkan kinerja dan membagi-bagi jatah. Mutasi merupakan suatu proses pergantian ataupun pergeseran aparatur yang menduduki suatu jabatan sehingga akan terjadi perubahan posisi. Itu berarti sambung akan ada orang baru yang menduduki suatu jabatan tertentu sehingga proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi akan terganggu. Bayangkan saja kalau personil dibongkar-bangkir bagaimana bisa bekerja. Orang yang mempersiapkan segala sesuatu sesuai dengan program kerja, datang orang baru harus mulai dari awal lagi. Kenyataan berkata, yang mengajar di SMP mutasi ke SD, berarti harus membuat perangkat pembelajaran baru, demikian juga dari SD ke SMP. Pasti proses kegiatan belajar mengajar tidak efektif, apalagi dengan kurikulum yang selalu berubah, dengan jarak tempuh jauh-dekat dari tempat domisili ketempat mengajar. Jangan sampai mutasi menimbulkan persoalan baru yang berimbas pada pembangunan dalam dunia pendidikan.

Baca Juga :   MENGHORMATI HIDUP

Lebih lanjut Pit berkata Mutasi selalu  terjadi di setiap waktu, setiap masa. Seorang guru tidak kekal ditempat. Selalu berpinda tempat. Guru bagaikan balon yang ditiup angin ke bukit, ke lembah, ke Desa, ke Kota dengan jangkauan jarak jauh dan dekat dan harus ditempuh dengan penuh perjuangan demi anak bangsa. Mutasi terjadi, mungkin permainan politik praktis. Dan bisa jadi, hanya demi kepentingan pribadi, suku, atau golongan bahkan demi kepentingan lembaga. Korban mutasi hanyalah bermodalkan sebuah pertanyaan, “mengapa bisa terjadi demikian?” Dan korban menjawab, “Itu semua adalah berkat“.

Sebagai agen pendidikan, guru harus bangga, karena guru adalah pilar utama dunia, yang membuat dunia ini menjadi kuat, kokoh, stabil. Bayangkan, Para Pastor, Pandeta, para Insinyiur, para serjana, dokter, Penguasa, Camat, Bupati, Gubernur dan Presiden ada karena itu dididik pada mulanya oleh Guru. Guru merasa sedih, jika melihat para murid mengalami kelaparan akan ilmu, sedangkan buku-buku di perpustakaan tak mencukupi. Hati kita menangis kalau anak murid gagal dalam tes atau ujian. Guru dibutuhkan di mana-mana dari suatu tempat ke tempat yang lain, karena guru sebagai embun penyejuk dalam kehausan, dimana guru sebagai nara sumber yang selalu bersedia untuk memberikan air segar kepada para murid yang sementara butuh penyejuk. Mereka tak haus lagi bila tinggal dekat dengan guru. Dengan demikian tugas guru bagitu mahir, karena sumber kehidupan pengetahuan bagi mereka yang membutuhkan, yaitu para murid yang kita cintai. Memang banyak gelar yang diberikan kepada guru: ada yang bilang guru itu harus bisa dilugu lan ditiru. Ada lagi yang bilang Ing Ngarso Sung Tuludho, Ing Madyia Mangu karso, Tut Wuri Handayani. Kata-kata indah tersebut sangat berat dalam diri para guru jika tak ada motivasi dan kesetiaan. Kesetiaan itu mengajak kita untuk mawas diri, sejauh mana keterlibatan kita dalam mengabdikan diri kepada murid. Kesetiaan yang sejati berarti hidup dalam rutinitas yang membosankan, berjumpa dengan orang-orang yang menjengkelkan, menghadapi para murid yang nakal dan lain sebagainya.Tak perlu guru berbuat hal-hal yang besar dan dipuji banyak orang, namun tugas yang pokok yaitu mendidik anak bangsa sebagai manusia yang adalah citra Allah.

Baca Juga :   Tantangan dan Peluang Pembelajaran Berbasis Digital

Guru yang membawa parfum pendidikan. Guru ibarat sebagai  sebuah Durian. Durian adalah buah yang paling aneh. Rasanya nikmat, tetapi baunya busuk. Jika ingin mencoba, tutup dulu hidungmu sebelum buahnya menyentuh bibirmu. Para pencinta durian pasti tidak sependapat. Bagi kebanyakan kita, durian berbau harum ! Aroma durian bahkan dipakai untuk membuat es krim dan kue. Rupanya setiap orang menilai baunya secara berbeda. Apa yang berbau harum begi seseorang, bisa dianggap bau busuk bagi orang lain. Guru sebagai seorang tokoh yang menebarkan parfum pendidikan, yang terpancar lewat sikap, kata-kata, dan tindak tanduk. Hidup kita adalah kesaksian. Namun ini, bukan berarti semua orang spontan menyukai kita. Bagi yang mencintai pendidikan, kesaksian kita akan dipandang sebagai bau harum. Mereka suka berada di dekat kita. Sebaliknya bagi yang menolak, kesaksian kita dianggap sampah berbau busuk. Perlu dihindari.

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi bagaimanapun juga terimalah mereka apa adanya. Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk dibalik perbuatan baik yang dilakukan itu, tatapi tetaplah berbuat baik. Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan teman-temanmu iri hati atau cemburuh, teruslah kesuksesanmu itu. Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu, tetapi tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat. Apa yang telah engkau bangun bertahu-tahun lamanya dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja, tetapi janganlah berhenti dan tetaplah membangun. Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati orang lain akan iri hati padamu, tetapi tetaplah berbahagia. Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang, tetapi teruslah berbuat baik. Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup, tetapi tetaplah berikan yang terbaik. Sadarilah bahwa semua perkara itu ada antara engkau dan Allah, bukan antara engkau dengan orang lain . Jangan pedulikan apa yang  orang lain pikirkan  atas perbuatan baik yang engkau lakukan. Percayalah bahwa mata Allah tertuju pada orang-orang jujur dan melihat ketulusan hatimu. Melalui mutasi, sebagai pelayan public dalam dunia pendidikan semakin dibentuk dalam karya pelayanan. Harumlah pendidikan di tanah loda weemaringi pada weemalala Sumba Barat Daya.** Hasil refleksi oleh: Petrus Moa, S,Ag,-