Kodi-SJ …………… Kampung Adat Toda Desa Pero Batang Kec. Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dijadikan sebagai rumah singgah bagi wisatawan. Launching kampung adat Toda ini oleh Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete disaksikan oleh Ketua DPRD SBD, Rudolf Radu Holo, Wakil Ketua I DPRD, H. Syamsi P. Golo, ST, Wakil Ketua II DPRD Matheus Maximus Kaka, S.Sos, Kadis Pariwisata SBD, Christofel Horo, SH, dan beberapa pejabat SKPD, camat se-daratan Kodi, kepala desa, Rato nyale Buku Bani, Rato nyale Kampung Tosi, Agen Travel, Home Stay, LIPI dan tokoh kampung situs Umbu Koba, Senin, (18/11/19),-
Dalam sambutannya Bupati Nelis menekankan pentingnya ketersediaan air untuk mewujudkan kenyamanan kampung adat sebagai rumah singgah wisatawan yang bisa membuat kampung wisata tersebut hijau walaupun dimusim kemarau dan membuat bersih baik orangnya maupun rumahnya walaupun ternak tetap ada.
Selain itu supaya wisatawan tersebut bisa berlama-lama di kampung adat maka harus ada dongeng yang diceritrakan kepada para wisatawan yang akan disiapkan dalam berbagai bahasa seperti Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang dan lain-lain.
“Menterjemahkan ini menjadi tugas kita semua, tetapi sebelum kita terjemahkan cerita tadi harus tertulis. Menulis menjadi bahagian yang tidak terpisahkan supaya sejarah ada dan kita wariskan” tuturnya lebih jauh.
Selain itu Bupati Nelis juga memberi nasehat pada masyarakat didalam kampung adat agar tidak adanya kecemburuan antara satu dengan yang lain, karena secara bertahap Pemerintah akan berusaha untuk mewujudkan semua kampung adat untuk menjadi rumah persinggahan para wisatawan.
“Kenapa baru satu atau dua rumah yang mendapat bantuan dari Dinas, ini karena keterbatasan, kita punya kerinduan semua kampung adat menjadi rumah singgah wisatawan dengan syarat kenyamanan, kebersihan dan ceritera/dongeng.” ungkapnya.
Kadis Pariwisata SBD Christofel Horo, SH dalam sambutan pembukaannya mengatakan kegiatan hari ini merupakan tahapan tugas kedinasan melalui PIM II di Surabaya. Kegiatan ini juga bersinergi dengan gerak 100 hari program Bupati dan Wakil Bupati SBD yaitu 7 Jembatan Emas yang menjadi spirit pembangunan 5 tahun kedepan.
Lebih lanjut Kadis Chris Horo menjelaskan langkah-langkah Dinas Pariwisata yang dilakukan untuk mengisi gerak 100 hari yang didahului dengan berlaih gerak ke 70. Dalam catatan Dinas Pariwisata masih ada satu dua kegiatan dalam program 100 hari yaitu survey atau identifikasi 20 calon desa wisata yang dikerjasamakan dengan pihak akademisi LIPI untuk menetapkan 20 desa sebagai desa wisata sesuai dengan jembatan ketujuh dari program 7 jembatan emas.
“Kekuatan Sumba ada pada budaya, adat dan perkampungan-perkampungan sebagai hunian komunitas lokal tetapi didalamnya ada dampak-dampak yang kita lihat, ada dampak yang perlu kita lirik sebagai sesuatu yang bisa memberikan dampak secara otonomi. Ketika pikiran dan konsep ini kita sampaikan kepada masyarakat di perkampungan, kita mendapat sambutan yang luar biasa dengan tetap menjaga khasana kearifan lokal” ujarnya.
Untuk mewujudkan misi ini dan yang akan menopang program konsep ini dari berbagai hal pihaknya membutuhkan dukungan dari berbagai SKPD dan mitra lainnya sehingga pariwisata kita berdiri satu kaki.
“Berbagai hal yang menjadi kebutuhan prinsip dari konsep ini akan ditopang oleh beberapa dinas terkait untuk kita berkolaborasi. Jika itu bisa kita jalankan maka mimpi kita itu tidak akan sia-sia dan diatas mimpi kita ini kita melahirkan berbagai dampak” katanya lagi.
Sementara itu ketua DPRD SBD Rudolf Radu Holo yang dihubungi media di sela-sela kegiatan mengatakan sangat mendukung program ini, karena pariwisata merupakan ikon Sumba secara umum dan SBD secara khusus. Selain itu program ini juga masuk 7 Jembatan Emas program Bupati dan Wakil Bupati. Tentunya kita sangat mendukung karena berguna langsung bagi masyarakat.
Ketua DPRD ini menjelaskan harus diperhatikan beberapa hal seperti kenyamanan tamu, dibutuhkan juga kesiapan dari Pemerintah bagaimana menata destinasi-destinasi wisata yang ada di SBD. DPRD akan mendukung dengan anggaran yang sudah diajukan oleh Pemerintah.
“Pemerintah juga harus memikirkan adanya pemerataan destinasi wisata yang ada di Kodi, Wewewa dan Loura. Sarana prasarana seperti air, listrik, jalan harus tetap diperhatikan oleh Pemerintah. Selain itu yang tidak kalah penting adalah jaringan internetnya diperhatikan untuk memudahkan komunikasi dan promosi dibidang pariwisata itu sendiri” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil ketua II DPRD Matheus Maximus Mario Kaka, S.Sos agar SDM juga harus diperhatikan khususnya untuk masyarakat agar diberi pemahaman karena dampaknya untuk masyarakat itu sendiri. Harus ada kerjasama yang baik antara Pemerintah dengan masyarakat.
Dipantau oleh media ini pelaksanaan launching Kampung Adat Toda ini mendapat respon dari masyarakat setempat dan para hadirin yang turut hadir. Ibu-ibu rumah tangga sibuk membuat anyaman yang langsung mendapat pesanan dari pengunjung dan selain itu juga dipajang kain, sarung dan selendang hasil tenunan masyarakat Kodi. ****
Penulis: Octa Dapa Talu,-