Chris Taka Tegaskan Pemerintah SBD Wajib Selamatkan Rakyatnya

Tambolaka-SJ……… Atraksi Pasola pertama yang sudah dijalankan di Bondo Kawango Kecamatan Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Jumat 5 Februari 2021 sempat terjadi bentrok antara masyarakat dan aparat keamanan.

Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, S.IP

Bentrok tenjadi karena aparat keamanan melarang masyarakat yang berkerumunan dan diminta untuk bubar. Namun tidak disangka masyarakat tidak menerima, secara sontak yang lain mengamuk dan langsung melempar batu kepada aparat keamanan sehingga menyebabkan terjadinya bentrok.

Untungnya tidak ada korban jiwa, namun aparat keamanan ada yang mengalami luka di kepala akibat terkena lemparan batu dari amukan massa dan kendaraan Polres SBD juga rusak parah.

Menanggapi kejadian yang terjadi tersebut Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, S.IP menyayangkan kejadian tersebut, karena sudah menodai nilai-nilai budaya Pasola yang menjadi andalan pariwisata SBD.

Wakil Bupati Chris Taka mengungkapkan bahwa pelaksanaan budaya Pasola di Kodi SBD saat ini memang dibatasi waktu pelaksanaannya, penonton dan juga pesertanya,  karena kondisi COVID-19 yang terus mengalami peningkatan dan membatasi ruang pergerakan kita.

“Bukan berarti pemerintah menghalangi atau membubarkan, tetapi Pemerintah mengijinkan untuk tetap dijalankan ritual adat Pasola dengan imbauan masyarakat harus patuh pada protokol COVID-19” ujarnya

Chris Taka menjelaskan Pemerintah tidak akan mundur dari upaya pencegahan dan penanggulangan covid. Masalah budaya, Pemerintah tidak bermaksud untuk menghentikan bahkan melarang kegiatan ritual adat. Pemerintah berkewajiban mengajak semua elemen termsuk para tokoh adat, untuk bersama-sama menyikapi penanggulangan dan pencegahan Covid-19.

“Semua elemen  yang ada ikut bertanggung jawab untuk memutus mata rantai covid-19, bukan hanya Pemerintah, termasuk tokoh adat dan tokoh masyarakat. Ritual adat Pasola Pemerintah tidak akan turut campur, tetapi masalah Prokes Pemerintah perlu terlibat untuk memastikan tidak adanya penumpukan manusia” ungkapnya.

Baca Juga :   5 PNS IKUT PILKADES SERENTAK TAHUN 2021

Lebih lanjut Chris Taka menuturkan Pasola atau adu ketangkasan perang berkuda itu ujungnya, wujud dari kebanggaan hasil dari ritual adat itu sendiri. Bukan puncak acaranya, atraksi Pasola itu hanya eforia dari hasil ritual adat itu sendiri. Itu berarti pelaksanaan pasola itu bisa diatur dan dibatasi jumlah kuda, jumlah penonton untuk mencegah dan memutus mata rantai covid-19.

“Kritikan atau koreksian berbagai pihak pada Pemerintah tentang dengan kejadian kemarin memang Ok, mereka memahami ritual adat dan budayanya, tetapi mereka hanya fokus pada adatnya tanpa mendalami apa yang menjadi perjuangan Pemerintah untuk memutus mata rantai covid-19 di SBD” imbuhnya.

Akibat mereka fokus pada ritual adat, lalu melihat adanya pembatasan kerumunan massa, maka mulai menyalahkan siapa-siapa termasuk Pemerintah. Karena dia hanya fokus melihat adat dan budayanya,  tidak komprehensif melihat persoalan yang ada yang sedang kita hadapi bersama Covid-19.

“Pemerintah berkewajiban menyelamatkan masyarakat bukan mematikan, maka upaya-upaya yang diambil kemarin adalah sebagai wujud mencegah dan memutus mata rantai penyebaran covid-19 di SBD” jelsanya.

Wakil Bupati juga mengimbau kepada masyarakat Kodi secara keseluruhan dalam menjalankan atraksi Pasola berikutnya agar bercermin dari pengalaman atraksi Pasola yang sudah dijalankan di Rara Winyo dan Bondo Kawango. Sehingga kejadian buruk yang sudah terjadi di Bondo Kawango agar tidak terulang pada atraksi Pasola berikutnya.

“Mudah-mudahan atraksi Pasola berikutnya berjalan dengan damai, tanpa adanya bentrok atau keributan” pungkasnya. *** (005/SJ/21),-