Suarajarmas.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Stasion Geofisika Sumba Timur menggelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami di kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) di Ruang Pertemuan Tanah Humba Lt. 8 Sima Sumba Hotel, Jl. Raya Hotel Yohanes Ngongo Bani, Desa Weerena, Kecamatan Kota Tambolaka Kabupaten SBD Nusa Tenggara Timur, selama 2 hari tanggal 22-23 Agustus 2023.
Kegiatan Sekolah Lapang yang melibatkan peserta Pemda SBD, BPBD se-daratan Sumba, masyarakat Desa Pero, Desa Pero Konda dan Desa Bondo Kodi sekolah-sekolah di Kodi, Puskesmas, LSM dan media massa ini dibuka dengan resmi oleh Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, S.IP.,
Hadir dalam kegiatan pelatihan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, SE, S.Si., Kepala BMKG Stasion Geofisika Sumba Timur, Kustoro Hariyatmoko, S.Si., M.Si., Kepala BPBD SBD, Samuel Boro, ST., Kasdim 1629/SBD, Mayor Idris, dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, SE, S.Si., mengatakan selain bencana kekeringan dan kebakaran hutan, Pulau Sumba juga rawan akan ancaman bencana gempabumi dan tsunami. Tingginya aktivitas gempabumi di Pulau Sumba ini, tak heran jika Pulau Sumba pernah dilanda bencana tsunami, yakni pada tahun 1977.
“Kejadian ini dikenal sebagai ‘The Great Sumba 1977’. Gempabumi ini terjadi pada tanggal 19 Agustus 1977 tepat 2 hari setelah memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Gempabumi ini menewaskan sedikitnya 316 orang dengan ketinggian tsunami mencapai 15 m. Peristiwa tersebut membawa duka mendalam tidak hanya bagi masyarakat Sumba tetapi juga bagi seluruh Bangsa Indonesia” ungkapnya.
Kustoro menjelaskan letak geografis Indonesia yang memiliki kerawanan terhadap gempabumi dan tsunami serta bencana hidrometeorologis, kita semua dituntut untuk selalu siap siaga menghadapi potensi kerawanan tersebut.
“Meskipun demikian, sesungguhnya, risiko bencana tersebut dapat kita kurangi apabila kita secara terencana dan terukur melakukan upaya mitigasi yang melibatkan semua pihak termasuk masyarakat” jelasnya.
Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami ini merupakan salah satu ikhtiar kita untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sekaligus membangun sikap tanggap gempabumi dan tsunami bagi masyarakat untuk mewujudkan masyarakat siaga gempa dan tsunami di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Perlu untuk diketahui, bahwa Peta Bahaya Tsunami yang telah disusun ini merupakan salah satu dari 12 indikator masyarakat siaga tsunami yang ditetapkan oleh UNESCO-IOC. Salah satu tujuan dari Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami ini adalah untuk mewujudkan masyarakat siaga tsunami yang mendapat pengakuan Internasional.
Terwujudnya Masyarakat Siaga Tsunami di Desa Perokonda akan menjadi contoh baik bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berada di wilayah rawan gempa dan tsunami. Fakta adanya potensi gempabumi dan tsunami tersebut seharusnya disikapi dengan langkah-langkah kongkrit mitigasi gempabumi dan tsunami.
“Mari kita tunjukkan bahwa kita mampu contoh dan mampu mewujudkan masyarakat siaga gempa dan tsunami untuk keselamatan kita bersama. Disamping itu terwujudnya Masyarakat Siaga Tsunami di Desa Perokonda Kecamatan Kodi Kabupaten SBD sangatlah bernilai strategis untuk meningkatkan kepercayaan dan minat para wisatawan dan dunia usaha untuk semakin mengembangkan wilayah SBD dengan pembangunan yang berbasis mitigasi bencana” tambahnya.
Sementara itu Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, S.IP., sebelum membuka dengan resmi kegiatan Sekolah Lapang menuturkan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami di SBD ini untuk membentuk masyarakat siaga tsunami (Tsunamy Ready Commuity) yang nnatinya dapat diakui oleh Internasional. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh komponen masyarakat paham dan mampu melakukan penyelamatan diri terhadap bencana gempabumi dan tsunami, sehingga dapat meminimalisir resiko korban jiwa maupum korban materiil.
“Kita juga patut bersyukur bahwa BMKG telah memasang perangkat desiminasi warning receiver system new generation (WRSNG) di kantor BPBD Kabupaten SBD sebagai peralatan penerima dan penyebarluasan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami” kata Wakil Bupati.
Lebih lanjut Christian Taka mengatkan, oleh karenanya dalam rangka membangun cepat terhadap informasi gempabumi yang disampaikan BMKG perlu ditindak lanjuti dengan menyusun SOP respon informasi gempabumi dan tsunami, serta tetap berjaga dalam 24 jam selama 7 hari.
Apa yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini BMKG seharusnya mendapat respon positif dari kita semua, sudah seharusnya kita menjaga seluruh peralatan yang telah dipasang oleh BMKG dan menggunakannya.
Pantauan media ini, usai dibuka oleh Wakil Bupati kegiatan pada hari pertama para peserta mendapat materi dari 3 orang narasumber dari BMKG. Serta melakukan diskusi tanya jawab tentang gempabumi dan tsunami. *** (Octa/002-23).-