Terjerat Covid-19, Mahasiswa Sumba Di Jawa Gelar Diskusi Online

Salatiga-SJ…… Pada hari Kamis (14/05/20)  mahasiswa Sumba di pulau Jawa yang tergabung dalam Forum Komunikasi  Mahasiswa Sumba di Jawa (Forum KMSJ) mengadakan diskusi virtual dengan tema “Kondisi Mahasiswa Sumba Di Jawa Pada Masa Pandemi Covid-19”. Forum ini di inisiasi oleh Eliaser Wolla Wunga mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Forum ini diadakan karena melihat realitas bahwa kurangnya diskusi kritis para mahasiswa Sumba di Jawa dalam masa pandemi covid-19.   

Diskusi virtual ini mengundang 6 pembicara yakni Ratu N.B. Wulla, ST (Anggota DPR RI Asal NTT), Kresna Umbu Haingu, S.Ip (Pembina Mahasiswa IKS Semarang), Bene Dalupe S.IP, M.IP (Dosen Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta), Masen Umbu L. Sobang (Ketua Umum Perwasus, Salatiga), Umbu Yogi Pratama (Ketua Umum IMSJ), Jerivan R. Njukambani (Ketua Umum IKS Solo).

Diskusi yang dimoderatori oleh inisiator Forum KMSJ Eliaser Wolla Wunga, sempat tertunda akibat salah satu pembicara Ratu N.B Wulla tidak bisa bergabung dan mengikuti diskusi virtual karena susah login. Walaupun tanpa kehadiran salah satu pembicara,  peserta diskusi tetap melanjutkan diskusi tersebut yang dibuktikan dengan antusiasnya 48 orang peserta dan mampu bertahan sampai akhir diskusi.

Para pembicara dalam kesempatan ini memaparkan kondisi mahasiswa di kota masing-masing. Pada tempat pertama Umbu Yogi menyampaikan bahwa mahasiswa di Jakarta saat ini berjumlah 300 orang  yang terdata di Organisasi IMSJ.

Kata Yogi, kendala utama para mahasiswa tersebut belum melakukan pembayaran SPP karena ketiadaan dana dan ketiadaan kuota internat untuk mengikuti kelas online.

“Beberapa mahasiswa kuliah sambil bekerja namun karena covid-19 para mahasiswa di PHK dan menyebabkan mereka tidak bisa bekerja dan melanjutkan kuliah” ungkapnya.

Baca Juga :   SDN KANDELU KUTURA MEMPERINGATI HARI GURU NASIONAL KE-76

Pada tempat yang kedua Jerivan mengatakan bahwa saat ini mahasiswa di Solo dari segi kesehatan cukup baik dan relatif aman, masalah pendidikan juga aman, namun masalah keuangan yang menipis. Berikutnya dia menyampaikan bahwa sudah bertanya dan bersurat kepada pemerintah daerah dengan menjelaskan kondisi namun belum ada respon sejauh ini.

Pada tempat yang ketiga Kresna Umbu menyampaikan bahwa Semarang saat ini masih aman dan stabil. Selain itu menurutnya kondisi covid-19 penting sekali untuk manage diri. Kresna juga mengatakan IKS sudah menyiapkan data-data mahasiswa Sumba yang ada di semarang.

Selanjutnya dia menjelaskan bahwa mahasiswa Semarang tidak memikirkan mengenai sembako dan sebagainya karena mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Semarang.

“Namun yang jadi persoalan adalah tingkat kebosanan mahasiswa yang berada di kos-kosan dengan aktivitas yang terbatas” tuturnya.

Pada tempat keempat Masen Sobang menyampaikan kondisi mahasiswa  Sumba di Salatiga tidak jauh berbeda dari Semarang. Apalagi terdapat bantuan rutin dari kampus seperti sembako yang saat ini sudah dibagikan dalam 4 gelombang. Selain bantuan dari kampus, juga mendapat bantuan dari Kesbangpol Semarang dan  Gubernur Jawa Tengah. Persoalannya hanya rasa jenuh berkepanjangan karena tidak dapat berkumpul dan bebas seperti biasanya.

Pada tempat kelima Bene Dalupe menyampaikan bahwa kondisi saat ini memang tingkat kebosanan bertambah namun perlu untuk tetap berpikir aktif dan kritis. Menurutnya yang paling terdampak adalah para mahasiswa yang orang tuanya adalah petani, nelayan, peternak dan sebagainya yang saat ini tidak bisa bekerja.

Selanjutnya walaupun dia mengapresiasi langkah yang sudah diambil pemerintah Sumba Barat Daya yang mendata mahasiswa yang lagi di perantauan untuk mendapatkan bantuan sosial, namun dia mengkritik waktu yang dipakai untuk pendaftaran sampai pengiriman berkas yang sangat singkat.

Baca Juga :   WAKIL BUPATI SUMBA TENGAH TERKESAN DENGAN SEMANGAT NASIONALISME UNITRI MALANG

“Ketakutannya adalah mahasiswa tidak mampu mengurus ini lebih cepat, karena kondisi pembatasan sosial yang ada. Selain itu dia berharap bahwa penyaluran bantuan sosial  tidak menyimpang, dan mengingatkan anak Sumba di tanah  rantau untuk saling memperhatikan” tutur Bene Dalupe.

Pantauan media diskusi yang berlangsung kurang lebih 3 jam ini berlangsung dengan aman dan efektif dengan banyak perspektif yang disampaikan peserta diskusi. Hasil akhir dari diskusi ini menelurkan beberapa gagasan yakni perlu adanya kerjasama organisasi daerah Sumba untuk bersama-sama menyurati kepada Pemerintah Daerah masing-masing untuk menyampaikan kondisi mahasiswa di Jawa, perlu berkaloborasi dan berkoordinasi untuk  saling tolong menolong. 

Selain itu walaupun dalam waktu dekat akan ada pelonggaran PSBB,  diharapkan para mahasiswa mampu menahan diri dengan tidak keluar-keluar kecuali ada sesuatu yang penting.  Dan juga dihimbau untuk tidak pulang kampung dulu di masa pandemic covid-19 ini. ***

Penulis : Eliaser Wolla Wunga,-