Suarajarmas.com – Dalam rangka memperingati Hari Anti Perdagangan Orang ke XI dengan tema “Walking on the Path of Dignity, Leaving No One Behind” yang jatuh pada tanggal 30 Juli 2023, Thalithakum Sumba menggelar sosialisasi anti perdagangan orang di Susteran ADM Ande Ate Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Nusa Tenggara Timur, Selasa (8/8/2023).
Peringatan yang sangat penting bagi kemanusiaan sedunia ini diadakan pertama kali oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2013. Pada tahun 2023 ini, Thalithakum Inodnesia Komisi dari Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia (IBSI) di Jakarta memperingati Hari Anti Perdagangan Orang dengan terus menyuarakan anti perdagangan orang kepada kelompok-kelompok yang rentan perdagangan orang.
Thalitakum Sumba bekerja sama dengan Dinas Nakertrans SBD untuk memberikan sosialisasi dan materi terkait praktek illegal perdagangan orang yang terjadi dan telah menipu banyak orang pekerja migran Indonesia asal NTT khususnya asal Sumba.
Koordinator Thalitakum Sumba, Sr. Marsella, ADM., mengatakan pada media ini kegiatan sosialisasi ini merupakan wujud dari keterpanggilan Talithakum untuk tidak meninggalkan seorang pun (Leaving no one behind). Frasa tersebut mengandung tiga arti, pertama, kita diundang secara komunal untuk berusaha mengakhiri eksploitasi terhadap korban perdagangan manusia. Kedua, kita diundang untuk mendukung korban perdagangan yang sedang berjuang untuk terbebas dari para traffickers. Dan ketiga, kita didorong untuk memperhatikan mereka yang rentan terhadap pelaku perdagangan orang.
Sr. Marsella menambahkan Talithakum ingin membangkitkan kesadaran kepada pemerintah, LSM, pelayanan publik dan masyarakat sipil untuk terus memperkuat pencegahan, identifikasi dan dukungan terhadap korban perdagangan manusia.
“Talithakum ingin memperkuat ketahanan terhadap eksploitasi yang berasal dari isu sosial-ekonomi dan budaya yang mengarah atau mendukung perdagangan manusia baik secara eksplisit maupun secara implisit” ungkapnya lebih jauh.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Talithakum Indonesia, akan mengadakan sosialisasi di jaringannya masing-masing untuk memberikan contoh konkret dari pemberdayaan bagi mereka yang rentan (vulnerable) terhadap perdagangan orang.
“Maka, sosialisasi ini ditujukan bagi mereka yang sangat rentan dan beresiko terhadap perdagangan manusia. Untuk mencapai target yang tepat, secara bersama, kita membutuhkan kepekaan dan jejaring yang sesuai” jelasnya.
Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan penerima manfaat yang terdiri dari keluarga migran, pemimpin pemerintahan local, anak-anak dari para migran, komunitas para migran dan pelajar dari luar daerah dapat memahami dengan jelas masalah TPPO yang sedang marak saat ini.
Sr. Marsella menegaskan tujuan dari sosialisasi ini kelompok yang paling rentan dan beresiko dapat mengidentifikasi ciri-ciri korban dan sistem perdagangan manusia. Pemerintah, pelayan publik dan LSM yang bersangkutan dapat meningkatan pencegahan, identifikasi dan dukungan terhadap kelompok yang paling rentan terhadap perdagangan manusia.
“Masyarakat luas mengetahui contoh konkret dari isu budaya dan sosial ekonomi yang mendukung perdagangan manusia” pungkasnya.
Untuk diketahui kegiatan sosialisasi di Susteran ADM Ande Ate dihadiri oleh Kepala Dinas Nakertrans SBD, Yeremia Tanggu, S.Sos., yang sekaligus membawakan materi tentang pekerja migran Indonesia, Camat Kodi Utara, Igansius Dodok, SE., serta para tamu undangan lainnya dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan kelompok yang paling rentan terhadap perdagangan manusia. *** (Ipu/016-23).-