PENGURUS PAGUYUBAN ATE DHOA ENDE-LIO SBD DIKUKUHKAN

Tambolaka-SJ………… Pengurus Paguyuban Ate Ndoa Ende-Lio-Sumba Barat Daya periode 2021-2024 resmi dikukuhkan oleh Rm. Mikhael Sene, Pr, Minggu, (13/6/21) di rumah Saverius Bade, Kelurahan Langga Lero-Kecamatam Kota Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Nusa Tenggara Timur. Acara dihadiri oleh seluruh warga Ende-Lio  Flores yang ada di SBD.

Ibadat Pengukuhan dipimpin oleh Rm. Mikhael Sene, Pr. Dalam khotbanya Rm. Mikhael menjelaskan bahwa Organisasi merupakan wadah berkumpulnya orang dengan sistematis, terpimpin, terkendali, terencana, rasional dalam memanfaatkan segala sumber daya baik dengan metode, material, lingkungan dan uang serta sarana dan prasarana dengan efisien dan efektif untuk bisa mencapai tujuan organisasi. Wadah menampung manusia, yang adalah makhluk multidimensi, jasmani rohani, sosial–individu. Manusia yang mempunyai keunikan, memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Pengurus harus mampu mengelolah segala perbedaan ini menjadi kebersamaan yang saling memperkaya, maka badan penurus dibutuhkan ketelatenan, kualitas atau ketahanan diri, kerelaan dengan memahami diri sebagai alat, sarana, dan butuh pengorbanan diri.

Rm. Mikhael tekankan kepada semua anggota paguyuban, menyelaraskan diri dengan sesama sebagai anggota paguyuban, jangan terlalu mau aneh sendiri. Kendali kecenderungan yang egois. Diperlukan kematangan bersama untuk memahami perbedaan. Jangan jadika perbedaan karakter sebagai alasan untuk tidak bersatu.

“Belajarlah dari Rasul Paulus yang tabah dan menetap tubuhmu pada Tuhan. Kita masih mempunyai kekurangan, hidup menurut tubuh, tetapi kita harus tetap berjuang untuk beralih dari tubuh untuk menetap pada Tuhan. Kita bawa paguyuban ini untuk beralih, bertransformasi, menetap pada Tuhan. Jangan sampai ada pengurus atau anggota paguyuban yang hanya senang hidup menurut keinginan tubuh” tutur dosen STKIP Weetabula ini.

Paguyuban ini adalah komunio (persatuan) dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Penyertaan Tuhan terhadap paguyuban ini sungguh nyata walau tidak dirasakan. Segala niat baik yang didukung dengan kerja keras, kerja tulus dan mengandalkan Tuhan pasti akan mengalami pertumbuhan, dan berbuah, yang dibutuhkan dari kita adalah  kesabaran dan ketabahan.

Baca Juga :   Keputusan dan Penetapan Calon Kepala Desa Lua Koba Cacat Hukum

Usai ibadat  Penasehat Paguyuban Ate Ndoa Ende-Lio SBD,  Martinus Neta mengatakan pemimpin adalah seorang pelayan,  Satu perangkat pengurus yang secara bersama-sama mengelola dan menata paguyuban ini kedepan. Badan pengurus yang benar adalah yang bisa turun tangan (bekerja), bukan berpangku tangan, karena sejatinya paguyuban yang keren adalah paguyuban yang punya banyak karya dan bukan banyak gaya, peguyuban yang banyak aksi.

“Mari kita secara bersama-sama menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan yang ada dalam masa kepemimpinannya, sekaligus menyelipkan joget kecil sebagai penyemangat bahwa “Menjadi Pengurus Organisasi itu tidak enak” jelasnya.

Lebih lanjut Martinus mengatakan bahwa di dada kita ada Paguyuban Ate Ndoa (cinta kasih) yang harus dijaga secara etika dan secara moral, sebagaimana moto Paguyuban Ate Ndoa Mboka ngere ki, mbere ngere ai (bergandeng tangan dan bekerja sama, bergotong royong).

Hal senada disampaikan oleh ketua terpilih Fransiskus Minggu, SE bahwa hidup di bumi marapu ini dihadapi dengan pelbagai situasi. Akan banyak krisis yang kita hadapi. Kita sadar dan harus berjuang dengan aneka perterungan. Kita harus memilah dan memilih, memutuskan dan bertindak. Kita harus samakan persepsi. Kita harus mampuh dan eksis dalam menghadapi aneka pertentangan. Kita hidup dalam iman dan kasih. SebagaI satu paguyuban kita berjuang di tanah Marapu berpayungkan motto “Ate Dhoa”(Cinta kasih).

“Sebagai satu paguyuban, kita saling mengasihi, memberi hormat satu sama lain, saling menasihati, saling memperhatikan, saling malayani, saling membangun, rendaH hati, lemah lembut, hidup dalam persekutuan satu sama lain” tutupnya. *** (PM/012-21),-