Pengasuhan Responsif, Model Pendidikan Anak Usia Dini

Tambolaka-SJ……. Bertempat di aula Weekuri Hotel Sinar Tambolaka kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) provinsi Nusa Tenggara Timur, Sumba Integrated Development (SID) bekerja sama dengan ChildFund Internasional, gelar Pertemuan Konsultasi dengan Stakeholder Terkait Penyelenggaraan Pengasuhan Responsif, Jumat (18/12/20).

Koordinator Program PAUD, Rita Loru Koba saat menjelaskan pentingya Pengasuhan Responsif

Peserta pertemuan konsultasi ini diikuti beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemda SBD diantaranya Dinas P3AP2KB, Dinas PMD, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kader Posyandu,Fasilitator pengasuhan responsif dampingan SID  untuk menyamakan presepsi tentang  model Pengasuhan Responsif  demi kepentingan  terbaik Anak Usia Dini (AUD).

Koordinator Program PAUD-SID,  Rita Loru Koba yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut menjelaskan Pengasuhan Responsif adalah keterampilan dan tanggungjawab orang tua dalam mendidik dan merawat anak yang tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan dasar anak usia dini.

“Bicara  tentang pengasuhan sama halnya bicara tentang pengalaman,  ketrampilan, tanggung jawab,sebagai orangtua dalam mendidik dan merawat anak. tentunya semua orang tua sudah melakukan ini, akan  tetapi apakah pengasuhan yang dilakukan  itu sudah tepat  dan benar, itu yang masih tanda tanya, ketika bicara Responsif bagaimana orang tua cepat respon atau menanggapi, tergugah  hati, tidak masa bodoh apa yang dihadapi oleh anak, contohnya ketika anak sakit mereka bisa segera membawa anak ke Rumah Sakit, ketika jam makan mereka bisa memberikan makan anak tepat waktu,” ungkapnya pada awak media usai pertemuan.

Rita menjelaskan,  anak usia dini tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara sempurna   mereka membutuhkan orang lain dalam memenuhi apa yang mereka butuhkan

Waktu anak usia dini dihabiskan sebagian besar di rumah bersama orangtua ataupun pengasuh utama lainnya. Walaupun anak usia dini telah mengakses layanan PAUD, tetap waktu terbanyak dihabiskan di rumah. bersama orangtua

Baca Juga :   E-Learning Solusi Hadapi Social Distancing

Usia 0 hingga 5 tahun adalah periode emas perkembangan otak anak, yang tidak akan terulang pada usia-usia selanjutnya. Periode emas ini merupakan waktu yang sangat singkat namun sangat berharga untuk menstimulasi anak agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan sempurna. Semua orangtua menginginkan, dimasa depan anak-anak mereka menjadi pribadi yang dapat dibanggakan dan bermanfaat bagi sesama.

Berpose bersama usai pelatihan

“Sehingga sangat penting pengasuhan responsif ini kita kembangkan di beberapa desa wilayah dampingan SID. Saat ini SID memilliki program percontohan, ada 4 kelompok pengasuhan responsif  di Sumba Timur dan 1 di TK. St. Arnoldus Jansen Desa Ramadana SBD” jelasnya.

Untuk kelompok pengasuhan ini SID bekerja sama dengan Posyandu dan PAUD. Dalam sebulan ada 2 kali kegiatan yang targetntya adalah orang tua dan anak. Fasilitator akan memfasilitasi orang tua bagaimana memberikan stimulasi pada anak usia dini setelah itu orang tua akan bermain bersama anak dengan harapan apa yang diperoleh dikelompok  pengasuhan, akan di lanjutkan  di rumah bersama anaknya, sehingga stimulasi ini berkesinambungan. Selain itu orang tua juga mendapatkan edukasi  melalui  sesi sesi seperti ketrampilan pengasuhan, Gizi anak usia dini, Pengurangan Risiko Bencana, Perlindungan Anak dalam keluarga.

Dengan melibatkan beberapa OPD dalam kegiatan ini, Rita L. Koba menjelaskan pihaknya ingin berkolaborasi  terkait program pengasuhan responsif  ini, dan berharap program ini dapat di reflikasikan kedesa desa lain yang ada di kabupaten SBD .saat ini SID baru mengembangkan program ini di 6 Desa dampingannya yaitu di desa Waimangura,desa Ramadana, Kelurahan Langgalero, desa Hombakaripit, desa Hohawungo dan desa Wailabubur. Rita berharap kedepannya masing masing stakeholder tidak berjalan masing masing akan tetapi bagaimana kita padukan sehingga tidak menjalankan temanya masing masing seperti Di Dinas Pendidikan memiliki  program Pendidikan Keluarga, di DP3AP2KB ada program terkait perlindungan anak,  ada Bina Keluarga Balita (BKB ). DPMD diharapkan mendukung program pengasuhan responsif ini  dengan mendorong pemerintah desa dapat mengembangkan program pengasuhan responsif ini kedesa desa lainnya” tuturnya.

Baca Juga :   Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu dan Kualitas Pendidikan
Antonius L. Wolla (kiri) saat ditemui awak media usai kegiatan pelatihan

Salah satu peserta dari Dinas P3AP2KB, Antonius L. Wolla, SH memberi apresiasi dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh SID menyangkut kelangsungan kehidupan anak-anak di SBD. Dirinya menjelaskan memang prosesnya sudah berjalan  selama ini kurang lebih 1 tahun dengan dibentuknya gugus tugas PAUD SBD yang dipimpin oleh ibu Bupati Ny. Margretha Tatik Wuryaningsih.

“Kami juga sudah bentuk gugus tugas ditingkat kecamatan maupun desa, dan kebetulan kemarin kami juga Workshop untuk membahas rencana strategis tahun 2021, dimana kami sudah menghasilkan beberapa kegiatan yang dijalankan yang berkaitan dengan 4 layanan bidang PAUD HI-SBD yaitu bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang pengasuhan, kesejahteraan dan perlindungan” ujar Anton.

Anton juga menjelaskan pihaknya selalu koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai dinas teknis yang membidangi masalah PAUD ini, sehingga 4 bidang dimaksud dapat dikoordinasikan dengan baik dari tingkat Kabupaten sampai ke desa.

Kepala Seksi Perlidungan Anak ini berharap agar benar-benar PAUD HI kedepan menerapkan metode ini sehingga bisa mencapai target dan tujuan anak usia dini yaitu  mencapai usia emasnya dalam 4 tahun kedepan.

Sementara itu, Farida Fitri Widiastuti Yono, S.Si-Teol, penyuluh KB mengatakan kepada media pertemuan ini dapat membuka wawasan kita  dapat berkolaborasi untuk mencapai satu tujuan Pengasuhan Responsif.

Penyuluh KB, Farida Fitri W. Yono (kanan) saat menerima modul pelatihan dari narasumber Rita Loru Koba (kiri)

“Kegiatan hari ini membuka ruang kerjasama lintas sektor/lintas OPD yang selama ini memiliki peran yang hampir mirip/sama dalam pelayanan masyarakat dibidang pengasuhan. Dari beberapa OPD justru memiliki program kerja, kegiatan yang fokus pada peningkatan kapasitas atau ketrampilan keluarga dalam menanamkan pola pengasuhan kepada anak yang baik dan tepat” ungkapnya.

Baca Juga :   JF Course Bangun Kerja Sama dengan GKS Lolaramo

Dirinya memberi contoh kalau di DP3AP2KB ada kelompok Bina Keluarga Balita,ada kelompok PATBM, di PAUD ada kelas pengasuhan bagi orang tua, di Dinas P dan K ada program Pendidikan Keluarga.

“Dengan kegiatan ini  dapat dilihat dan didiskusikan program kegiatan dari masing-masing OPD yang bisa dikolaborasikan untuk menerapkan Pengasuhan Reseponsif” pungkasnya. *** (002/SJ/20),-