Penguasaan literasi merupakan indikator penting untuk meningkatkan prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan. Menurut Priyatni (2015), literasi merupakan integrasi keterampilan menyimak, berbicara, menulis, membaca dan berfikir kritis. Kemampuan literasi merupakan aset yang harus dimiliki untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas berbudaya dan harus dipupuk sedini mungkin.
Alfarikh (2017) dalam jurnal The 1st International Conference on Language, Literature and Teaching mengatakan bahwa sekolah merupakan bagian paling utama dalam menumbuhkan budaya membaca bagi pelajar, namun tidak semua sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk menciptakan lingkungan ramah baca bagi pelajar. Dari persepsi ini dapat dikatakan bahwa sekolah memiliki tanggungjawab yang besar untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan literasi seorang pelajar.
Namun, usaha untuk menumbuhkan budaya literasi dan meningkatkan literasi pelajar bukanlah hal yang mudah. Mendalami literasi dengan membaca buku bukan lagi hal yang menyenangkan karena pelajar cenderung untuk menghabiskan waktu dengan smartphone mereka. Tahun 2011, UNESCO mengeluarkan data bahwa indeks membaca orang Indonesia hanya 0,001 yang berarti dari seribu masyarakat hanya ada satu yang berminat untuk membaca buku. Budaya membaca belum merupakan kebiasaan dari orang Indonesia. Oleh karena itu, sebagai subjek yang memiliki tanggungjawab besar dalam perkembangan Pendidikan, sudah sebaiknya guru-guru di sekolah menyediakan strategi menyenangkan dan metode menarik dalam kegiatan membaca. Sehingga, budaya membaca dapat dipupuk sejak dini. Tujuannya agar proses penguatan literasi dapat berjalan secara optimal dan siswa memiliki kemandiriaan untuk mendalami literasi lebih dalam.
Menanggapi isu ini, Lembaga Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) bekerja sama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) mengadakan pelatihan pemanfaatan buku berjenjang bagi Dosen STKIP Weetebula. STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Weetebula adalah lembaga perguruan tinggi yang memiliki 7 program studi ilmu Pendidikan yakni Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI), Pendidikan Fisika, Pendidikan Matematika, Pendidikan Keagamaan Katolik, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Anak Usia Dini. Inovasi adalah Lembaga yang bekerja langsung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang bertujuan untuk memahami cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di sekolah-sekolah yang ada di berbagai kabupaten di Indonesia, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan buku berjenjang dalam kegiatan membaca terbimbing bagi para dosen STKIP. Sehingga kedepannya, dosen-dosen dapat menjadi fasilitator bagi mahasiswa calon guru di Lembaga STKIP. Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 6 April di Sumba Barat Daya dan dibagi dalam empat sesi. Narasumber dari pelatihan ini adalah Made Winny Paramitha, S.Pd.,M.Pd, Emilia Rosita Dewi, S.Pd dan Ni Komang Dwi Eka Yuliati, S.Pd. Ketiga Narasumber ini merupakan tim trainer dari Lembaga YLAI.
Pelatihan ini memberikan informasi sekaligus simulasi langsung mengenai penggunaan dari buku berjenjang yang disumbangkan oleh Inovasi kepada Lembaga STKIP Weetebula. Pengetahuan dan ketrampilan yang disharingkan dalam kegiatan ini antara lain cara melakukan kegiatan membaca terbimbing, cara melakukan penilaian diagnostic untuk melihat watak, kelemahan serta kebutuhan siswa serta bagaimana menilai ketrampilan anak dalam membaca ketika melakukan kegiatan membaca terbimbing.
Pengetahuan dan ketrampilan ini sangat bermanfaat bagi para dosen dalam memberikan referensi baru mengenai strategi dan metode pembelajaran yang dapat diajarkan dan diterapkan kepada mahasiswa/i STKIP Weetebula sebagai calon guru. Khususnya bagi mahasiswa pada program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bapak Verodias Bere sebagai District Officer Lembaga Inovasi mengatakan bahwa awalnya pelatihan pemanfaatan buku berjenjang awalnya ditujukan kepada mahasiswa/i STKIP sebagai kelanjutan dari program “Ransel Literasi” yang telah dilakukan oleh mahasiswa/i STKIP Ketika mereka menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN). Namun setelah dipertimbangkan lagi, pelatihan ini juga dianggap perlu diberikan kepada dosen STKIP dengan harapan bahwa dosen yang mengikuti pelatihan pemanfaatan buku berjenjang dalam kegiatan mengajar terbimbing ini bisa menjadi fasilitator dan berbagi mengenai pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari ini. Pak Verodias juga mengatakan bahwa ada sekitar 4.000-an buah buku berjenjang yang diberikan kepada Lembaga STKIP untuk mengoptimalkan program ini dan bisa langsung digunakan baik oleh dosen maupun mahasiswa.
Di pulau Sumba, khususnya di Sumba Barat Daya, penanaman budaya literasi dan pengembangkan kemampuan literasi bagi pelajar khususnya pelajar Sekolah Dasar isunya bukan saja bagaimana memberikan motivasi kepada pelajar, tetapi juga bagaimana menyediakan sarana prasarana serta media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Buku berjenjang ini adalah salah satu solusi sebagai media pembelajaran yang inovatif dan menarik untuk membuat kegiatan membaca menyenangkan. Buku berjenjang memiliki enam jenjang dan setiap jenjang memiliki beberapa sub jenjang. Jenjang ini dibagikan berdasarkan jumlah kata, kalimat dan kompleksitas dari cerita dalam buku tersebut.
Ketua STKIP Weetebula, Bapak Wilhelmus Yape Kii, M.Phil., M.A dalam sambutan awal sebelum membuka secara resmi pelatihan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada Lembaga Inovasi karena selalu berjalan beriringan bersama STKIP dalam mempersiapkan calon guru professional di pulau Sumba. Beliau juga mengungkapkan terimakasih atas sumbangan buku berjenjang yang sangat bermanfaat bagi Lembaga STKIP.
Program Manager Inovasi, Bapak Hironimus Sugi memnekankan sesuai dengan visi dari program mengajar, Pendidikan harus memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa bukan saja mencapai apa yang tertulis dalam capaian pembelajaran di kurikulum. Oleh karena itu, pelatihan ini sangat baik karena salah satu sesi akan membahas secara detail bagaimana melakukan penilaian diagnostic terhadap siswa/i.
Kesan baik juga dialami oleh para dosen STKIP Weetebula sebagai peserta dari kegiatan ini. Bapak Ferdinanus B. Sole sebagai dosen dari Program Studi mengatakan bahwa pelatihan ini sangat berkontribusi bagi calon guru PGSD karena akan menjadi salah satu metode yang sangat menarik dalam mengembangkan kemampuan literasi.
Pater Doni Kleden CSsR sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia berpendapat bahwa pelatihan ini sangat menarik dan pengetahuan serta ketrampilan yang diberikan sangat bermanfaat. Beliau juga mendorong agar mahasiswa tingkat akhir dapat mengangkat topik ini dalam skripsi mereka.
Hal yang sama juga dirasakan oleh ibu Herlinda sebagai Program Manager di Lembaga STKIP. Beliau mengatakan bahwa pengetahuan dan ketrampilan dalam pelatihan ini sangat baik untuk diterapkan karena akan meningkatkan motivasi membaca anak. Dengan harapan, anak-anak bisa memiliki kemandirian untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka. Itulah yang menjadi tujuan besar kita.
Pelatihan ini rencanya akan berlanjut bersama dengan mahasiswa STKIP. Besar sekali harapan, STKIP sebagai Lembaga yang mendidik calon guru dapat membekali mereka dengan kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan begitu, akselerasi dari kualitas literasi dapat dilakukan dengan optimal dan efektif. ** (Penulis adalah Dosen STKIP Weetebula).-