Waingapu-SJ…………. Fenomena perubahan iklim global adalah keniscayaan, Indonesia sebagai bagian dari warga dunia telah berkomitmen untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Melalui skema adaptasi dan mitigasi.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kususnya di Kabupaten Sumba Timur memiliki banyak potensi sumberdaya alam pesisir dan laut, antara lain potensi padang savana peternakan, pertanian, perikanan, budidaya rumput laut, sumber garam, potensi parawisata dan juga memiliki keunikan budaya dan tradisi lokal.
Guna meningkatkan pengetahuan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), Yayasan Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam (KOPESDA) melalui program Ampliying Voices for just Climate Actions menggelar kegiatan Pelatihan Advokasi Perubahan Iklim dalam Kerangka Gender Koalisi Adaptasi dan Mitigasi dengan melibatkan OMS, Instansi pemerintahan seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Dinas Lingukungan Hidup, Universitas Kristen Wira Wacana Sumba dan insan Pers, dengan jumlah peserta 20 orang pada tanggal 11-12 April 2022 di Hotel Padadita Bech Waingapu Sumba Timur.
KOPESDA melalui program Ampliying Voices for just Climate Actions di dukung oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Hivos Indonesia), Koalisi Adaptasi yang terdiri dari Yayasan Penabulu sebagai lead koalisi dengan anggota perkumpulan Yapeka, Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (KPI), Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transidisiplin IPB (CTSS IPB), perkumpulan konsil LSM indonesia, perkumpulan Desa Lestari, Perkumpulan Sinergentara, Yayasan Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (KOPESDA), Yayasan Lembaga Masyarakat Pengembangan Masyarakat Lembata (Berakat).
Adapun tujuan dari kegiatan ini untuk memperkuat aksi iklim yang adil dengan cara melakukan meningkatkan kapsitas kelompok, organisasi masyarakat sipil lokal dan kelompok marjinal di wilyah sasaran program, Akuisisi narasi media lokal dan pengembangan hubungan dengan media nasional dan jaringan advokasi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), pengelolaan penciptaan, pertukaran pengetahuan dan kearifan lokal dalam skala nasional.
Sedangkan output dari kegiatan ini meningkatkan kapasitas OMS dalam isu pengetahuan perubahan iklim, perubahan iklim dan dampaknya bagi perempuan dan kelompok marjinal gerakan mitigasi perubahan iklim dengan kerangka GESI.
Diana Karmilah dari Koalisi Perempuan Indonesia mengaku sangat senang dengan karakter peserta memiliki keragaman pengetahuan, keahlian dan pengalamannya masing-masing.
“Ini menjadi harapan dalam aksi mitigasi dan adapatasi dalam mentransportasi pengetahuan terhadap kelompok marginal agar mampu beradaptasi dengan lingkungan” tandasnya.
Lebih lanjut Karmila berharap peserta mampu berbagi pengalaman dan pengetahuan serta melakukan soasialisasi terhadap masyarakat dan menjalin hubungan dengan pemangku kebijakan.
“Kita berharap peserta mampu berbagi pengalaman dan pengetahuan serta melakukan soasialisasi terhadap masyarakat, menjalin hungan erat dengan pemangku kebijakan agar dapat memperhatikan kelompak masyarakat yang terpinggirkan dan sangat rentan terdampak bencana alam“ tuturnya. *** (Denis/006-22),-