IBU YOHANA BANTAH LAKUKAN PENGAMBILAN VIDEO DI DISPENDUKCAPIL SBD

Tambolaka-SJ…………. Masih ingat Ibu yang mengamuk di Dispendukcapil Sumba Barat Daya (SBD) yang viral di media sosial lewat unggahan video akun facebook @Halla. Setelah diklarifikasi oleh Kepala Dispendukcapil yang dimuat di beberapa media, ibu ini diduga membuat video tanpa seijin petugas yang ada.

Ketika dikonfirmasi oleh media ini via telepon, ibu yang bernama Yohana Kaka asal Kodi ini membantah telah melakukan pengambilan video saat dirinya berada di Dispendukcapil SBD beberapa waktu yang lalu. Yohana Kaka membenarkan dirinya yang berada dalam video yang sedang viral itu. Dia melakukan aksi protes karena pelayanan Dispendukcapil SBD yang dinilainya tidak serius.

“Benar, saya yang ada dalam video itu. Saat itu saya sedang berada di Dispenduk  SBD untuk memperbaharui KTP saya dan melakukan perekaman e-KTP untuk anak saya yang baru tamat SMA” kata Yohana Kaka via telefon whatshap, Jumat (16/9/2022).

Dirinya yang bekerja di luar Sumba (Bali) menemukan pegawai Dispendukcapil yang tidak melakukan aktivitas pelayanan kepada masyarakat,  pegawai-pegawai tersebut sedang merokok, ngerumpi dan makan sirih pinang.

Dirinya merasa sangat kecewa dengan pelayanan di Dispendukcapil dinilainya tidak serius. Apa lagi, kata Yohana Kaka, jarak dari Kodi ke Puspem Sumba Barat Daya harus menempuh jarak yang jauh. Sementara dalam waktu dekat, ia harus kembali ke luar Sumba untuk melanjutkan kerjanya di sana.

Namun, ketika ia menanyakan jadwal pengambilan KTP, ia mendapat respon yang membuatnya kesal. Dia mengaku tidak puas atas jawaban pegawai Dispendukcapil yang menyebut harus menunggu beberapa minggu dikarenakan kendala jaringan.

Mendengar respon petugas itu, Yohana Kaka langsung menyambangi ruang perekaman KTP yang di dalam ruangan itu anaknya sedang melakukan perekaman. Yohana Kaka mengakui memotret anaknya yang sedang perekaman KTP bukan merekam video aktivitas pegawai kantor untuk dijadikan dokumen pribadi. Dia menggunakan kamera hanphonenya dari luar ruangan untuk memotret anaknya.

Baca Juga :   Bupati Yohanis Dade Ajak Masyarakat Lupakan Perbedaan

Akan tetapi kata Yohana Kaka, ketika seorang pegawai melihat dirinya sedang memotret anaknya, pegawai itu menegur dan mengancam akan melaporkan di kepolisian karena sudah melakukan aktivitas memotret tanpa ijin.

“Saya hanya foto anak saya yang sedang melakukan perekaman untuk kebutuhan pribadi, saya langsung ditegur dan diancam akan dilaporkan ke kopilisian oleh pegawai Dispenduk SBD itu,” tambah Yohana Kaka.

Mendengar ancaman tersebut, dia mengaku kecewa atas sikap pegawai Dispendukcapil SBD yang mengancam dan hendak mau melaporkan dirinya. Padahal kata Yohana  Kaka, tidak ada hal yang hendak merugikan instansi tersebut. Hal ini pun yang memicu kekesalan Yohana Kaka hingga memukul meja sebagaimana dalam video viral yang beredar.

“Tidak benar saya mengambil video, saya hanya foto anak saya yang sedang melakukan perekaman untuk kenangan, saya di tegur dan diancam akan dilaporkan ke polisi. Mereka (pegawai-red) bilang ibu jangan rekam video disitu karena dilarang, padahal saya sedang foto anak saya,” ungkap Yohana Kaka.

Ketika ditanya tentang video yang viral di media sosial itu, Yohana Kaka tidak mengetahui siapa yang merekam dirinya saat meluapkan amarahnya di Dispendukcapil. Dirinya baru tahu sesudah keluarganya menyampaikan  bahwa video yang memperlihatkan dirinya   ribut di Dispendukcapil viral di media sosial.

Dia berharap agar Pemerintah Sumba Barat Daya, khusus Dispendukcapil bisa memberikan pelayanan yang baik kepada seluruh warga masyarakat.

“Saya tidak tahu siapa yang merekam video itu. Saya juga baru tahu ketika keluarga saya memberitahukan saya. Tetapi, saya berharap agar ada pelayanan yang baik kepada masyarakat. Saat ini saya sudah di Bali dan hanya membawa surat keterangan dari Dispendukcapil,” pungkasnya.

Hingga berita ini diturunkan, media ini belum berhasil menemui pihak Dispendukcapil, pernyataan Yohana Kaka murni mengklarifikasi bahwa dirinya tidak membuat video, tetapi merasa kecewa dengan pelayanan staf Dispendukcapil yang kurang professional.  *** (Octa/002-22).-