Waingapu-SJ………. Yayasan Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam (KOPESDA) Kabupaten Sumba Timur menginisiasi melakukan workshop Inisiasi Pembentukan Forum Multi Stakeholder Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Kabupaten Sumba Timur.
Kegiatan ini dilakukan bersama Kepala Bapeda, Dinas Peternakan, Dinas Lingkungan Hidup, Kepela Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan Dan Perikanan, BPBD, BALITBANGDA, Dinas P3P2KB, BMKG, Akademisi UNKRISWINA SUMBA, Kepala Desa, Insan Pers, Walhi NNT Wilayah Sumba, Lembaga PELITA, Lembaga Bumi Lestari, Stimulan Institut, Lembaga Sopan Sumba, CD Bathesda, Perkumpulan Humba Ailulu dan Yayasan Kopesda. Kegiatan ini bertempat di ruang rapat Bapeda Sumba Timur, Senin (24/10/2022).
Direktur KOPESDA Deni Karanggulimu SH, dalam paparannya menjelaskan banyak hal tentang isu perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur seperti temuan rawan banjir bandang di daerah tertentu akibat dari perubahan iklim yang terjadi.
Inisiasi pembentukan forum multi stakeholder melalui workshop ini sebagai langkah awal untuk mempersatukan presepsi pemahaman bersama sebagai upaya tindak lanjut dalam mendorong pengarus utama isu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur” ujarnya.
Tujuan kegiatan koordinasi dengan multi stakeholder agar dapat meningkatkan pemahaman peserta kegiatan tentang kondisi perubahan iklim, resiko dan strategi untuk mengurangi dampak perubahan iklim di Sumba Timur.
“Meningkatkan pemahaman peserta kegiatan tentang gambaran umumkebijakan Pemerintah Kabupaten dalam menghadapi perubahan iklim. Meningkatkan pemahaman peserta tentang kebijakan adaptasi dan mitigasi, tantangan/kendala dan harapan strategi penegrustamaan isu perubahan iklim di Kabupaten Sumba Timur. Meningkatkan ide dan gagasan Bersama tentang Forum Multi Stakeholder untuk mendorong pengarustamaan isu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kabupaten Sumba Timur” tutur Deni Karanggulimu.
Paparan menarik yang di sampaikan oleh Carles Tari S.TP., Kepala Stasiun Meterologi Umbu Mehangkunda (BMKG) menjadi perbincangan hangat dalam diskusi adaptasi dan mitigasi dengan beberapa kajian yang di rampung serta diolah dengan melihat kondisi curah hujan saat ini mengalami pergeseran pola curah hujan atau musim. Pergesaran ini mempengaruhi waktu, musim serta pola tanam menurun produktivitas dan luas area tanam serta areal panen karena adanya keterlambatan musim tanam.
Kondisi yang dihadapi masyarakat Sumba Timur saat ini berada dalam posisi keraguan dengan curah hujan yang mendadak terjadi pada bulan Oktober dan sudah sebagian besar petani Sumba Timur melakukan penanaman benih.
“Berdasarkan penelitian dan pengolahan data, BMKG Sumba Timur menyarankan agar petani mulai menanam pada bula November itu merupakan temuan pengkajian curah hujan yang normal bagi bagi petani Sumba Timur” ungkap Carles. *** (Denis/006-22).-