REVITALISASI ADAT KEMATIAN SUMBA TIMUR DINILAI TERLALU BOROS

Waingapu-SJ….. Forum Peduli Adat Pangadangu Ma Hamu Kabupaten Sumba Timur gelar Sosialisasi Penyederhanaan Adat Kematian Sumba Timur yang dinilai terlalu boros sehingga berdampak pada aspek Ekonomi, Kesehatan  dan Pendidikan bagi anak.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh forum Adat Pangadangu Ma Hamu dengan tujuan untuk menyederhanakan adat kematian Sumba yang perlu di tiunjau Bersama Pemerintah, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Perempuan, melalui seminar “Bersinergi Mendukung Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Upaya Revitalisasi Adat Kematian di Kabupaten Sumba Timur” Selasa,  (26/7/2022) di Gereja GKS Waingapu Kelurahan Kamalaputi Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

Forum adat Pangadangu Ma Hamu  melakukan kajian tentang 3 hal yang menjadi skala prioritas yakni dari Aspek Ekonomi, Kesehatan dan Pendidikan menjadi terhambat, salah satu factor dari Aspek Budaya yang terlalu boros terkhususnya pada upacara adat kematian di Kabupaten Sumba Timur.

Menurut Ketua Forum Adat Pangadangu Ma Hamu, Paulus Kabubu Tarap S.Kom., bahwa pihaknya sudah melakukakan komunikasi secara massif dengan Pemerintah Daerah  bersinegi untuk berjumpa dengan Tokoh Adat Sekabupaten Sumba Timur mendiskusikan agar mengambil keputusan mengeurangi beban pemborosan adat di Kabupaten Sumba Timur.

Lanjut Paulus menegaskan,  melalui seminar hari ini kita bisa bergandengan tangan menyuarakan harapan kita secara ber sama-sama agar dapat di putuskan upaya penyederhanaan adat kematian di Sumba Timur. Sejauh ini forum sudah melakukan deklarasi secara budaya di 34 desa di kabupaten sumba timur   dan di 12 kita baru melakukan sosialisasi

Paulus Kabubu Tarab, S.Kom.

Forum tidak bermaksud untuk mengurangi atau menghilangkan nilai kultur budaya kita, forum tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kultur budaya sumba sebagai indentitas dan kebanggaan kita orang Sumba namun perlu di garis bawahi bahwa focus kami lebih kepada aspek pemborosan tentang lamanya penyimpanan mayat.

Baca Juga :   Pengerjaan Rabat di Desa Elu Loda Rugikan Masyarakat

“Selama ini lama penyimpanan mayat di Kabupaten Sumba Timur lebih dari 1 minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun,  hal ini bertantangan dengan nilai kesehatan karena berdampak pada penyebaran penyakit, pembantaian hewan yang berlebihan, panindangu baik dari pihak ana kawina maupun dari pihak yera yang membutuhkan kain dan ternak yang cukup banyak, ini menjadi salah satu factor yang kami nilai menghambat proses pendidikan anak  menguburkan impiannya untuk lanjud menempuh Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena mayoritas focus keluarga lebih mementingkan keperluan adat dari pada biaya Pendidikan anak” ujarnya.

Usulan lanjutan dari Forum Pangadangu Ma Hamu bersepakat bagi setiap masyarakat desa yang satu kampung (hau paraingu) bahu membahu bergotong royong saling membantu untuk menyekolahkan anak dan membangun rumah layak huni agar masyarakat kita sejahtera dan masa depan anak kita menjadi lebih produktif dan tidak kehilangan harapan.*** (Dennis/006-22).-