Membangun Sekolah Sembari Membangun Sumber Daya Manusia NTT

Kupang-SJ…………. Iamchange,  sebuah kampanye inisiasi Happy Hearts Indonesia yang menargetkan pembangunan 200 sekolah di Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata memiliki dampak yang lebih luas bagi masyarakat NTT. Program pembangunan kembali sekolah di beberapa kabupaten yang tersebar di Pulau Timor, Sumba dan Flores tersebut tidak hanya menyediakan sekolah yang aman dan nyaman bagi anak-anak, akan tetapi juga telah membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal.

Dipantau oleh media ini secara tidak langsung, program ini memberikan pelatihan keterampilan kerja di bidang konstruksi kepada sejumlah warga yang diharapkan dapat menjadi bekal mereka untuk meningkatkan taraf hidup dalam jangka panjang.

Bekerja sama dengan Erens Nenobesi, seorang kontraktor asal Kupang yang bertanggung jawab melakukan supervisi atas rekonstruksi seluruh sekolah di NTT, Happy Hearts Indonesia telah berhasil membangun 57 sekolah sejak tahun 2016. Dalam kurun waktu tiga setengah tahun sejak program pembangunan sekolah ini dimulai, Erens telah membentuk setidaknya enam tim konstruksi yang terdiri dari sekitar 40 warga lokal, baik yang berasal dari Timor, Sumba, maupun Flores. Tim awal yang berjumlah tidak lebih dari 10 orang kemudian secara perlahan merekrut anak-anak muda di sekitar lokasi pembangunan sekolah untuk dilatih dengan berbagai keterampilan terkait pekerjaan konstruksi.

Erens Nenobesi, kontraktor asal Kupang

“Seiring bertambahnya jumlah sekolah yang harus dibangun, kami membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Saya rasa penting sekali untuk melibatkan warga lokal. Selain membuka lapangan kerja, memberikan pelatihan keterampilan, hal ini juga dapat menciptakan rasa memiliki atas sekolah yang sudah dibangun. Saat ini, anggota tim kami yang baru sudah banyak yang menunjukkan kemajuan. Saya coba untuk mengarahkan mereka untuk fokus pada keterampilan tertentu setelah mereka menguasai keterampilan dasar. Misalnya, ada yang dilatih untuk menjadi ahli dalam pemasangan plafon, ada juga yang fokus untuk pemasangan keramik. Supaya nanti, setelah program pembangunan ini selesai, mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan keterampilan yang spesifik,” jelas Erens di sela-sela kunjungan monitoring ke salah satu sekolah yang sedang di bangun di Kabupaten Sumba Barat Daya.

Baca Juga :   Yudisium STKIP Weetebula Diikuti oleh Mahasiswa Internasional

Selain menekankan pentingnya memiliki keterampilan yang spesifik, kepada anggota timnya, Erens juga mengajarkan pentingnya mengelola penghasilan dengan baik. Menurutnya, anak muda tidak terbiasa menyusun prioritas sehingga penghasilan sering kali dihabiskan pada hal yang sia-sia. Oleh karena itu, ia mendorong tim nya untuk menabung dan menentukan prioritas. Alhasil, beberapa dari mereka sudah mulai berinvestasi.

Seorang anggota tim di Sumba, misalnya baru-baru ini membeli sebuah mobil pick-up bekas secara kredit yang kemudian ia gunakan untuk memulai sebuah usaha kecil. Sementara anggota tim lain di Timor, baru saja mulai menyicil sebidang tanah di Kota Kupang. Beberapa orang lainnya memilih untuk membeli sepeda motor.

Franky, salah satu anggota tim konstruksi yang kami temui di lokasi pembangunan SMK Batu Putih menambahkan  awalnya ketika dirinya diajak bergabung, dia belum punya pengalaman atau keterampilan.

“Saya mulai dari pekerjaan paling dasar, mengaduk semen dan sebagainya. Sekarang saya sudah dipercaya memasang plafon. Senang sekali karena ada banyak sekolah yang harus dibangun. Saya berharap program ini terus berlanjut. Bukan hanya karena menjadi sumber penghasilan bagi saya dan teman-teman, tetapi juga karena saya melihat sendiri manfaat program ini bagi anak-anak NTT” ungkapnya.

Keterlibatan penduduk lokal dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah NTT merupakan sebuah poin penting bagi Happy Hearts Indonesia. Terlebih, ketika keterlibatan tersebut membawa dampak positif berupa penyerapan tenaga kerja bagi warga sekitar. Memasuki tahun 2020, Happy Hearts Indonesia menargetkan pembangunan kembali 30 sekolah di NTT. Semoga dampak positif dari program ini dirasakan oleh lebih banyak orang selain anak, guru, orang tua, dan pekerja konstruksi. *****

Liputan: Team-SJ,-