SANG PENDOA ITU TELAH PERGI

Tambolaka-SJ……… Kehilangan orang yang kita cintai selama masa hidupnya membawa rasa duka yang amat mendalam bagi yang ditinggal. Kenangan manislah yang akan selalu diingat dan menjadi kenangan indah serta motivasi bagi keluarga yang ditiinggal.

Sang Pendoa yang kembali kerumah Bapaknya di Surga, Ny. Martha Pitang (alm).

Demikian halnya dengan Muknina Innya Horo, SH., putri pertama dari almarhum Ny. Martha Pirang (63) yang meninggal dunia Selasa (13/4/21) di Rumah Sakit Karitas Weetabula Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Nusa Tenggara Timur.

Almarhum Ny. Martha Pirang yang merupakan istri dari mantan Asisten 1 SBD Imanuel Horo, SH meninggalkan kenangan manis dan pembelajaran berharga bagi putri pertamanya Muknina Innya Horo. Ditengah-tengah kesedihan yang mendalam Innya sapaan akrabnya, mengatakan almarhumah mamanya adalah perempuan yang kuat dalam keluarga, mama yang kuat (super woman) dalam keluarga.

Muknina Innya Horo, SH (kanan) mengatur persiapan untuk membawa jenazah ibu tercinta ke Kodi

Kata Innya, mama adalah perempuan Sumba yang memberikan contoh bahwa perempuan Sumba bukan hanya wanita yang ada di dapur, tetapi wanita yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Wanita yang mempunyai prinsip dalam kehidupannya.

“Mama selalu mengatakan bahwa harga diri istri adalah harga diri suami,  harga diri istri adalah harga diri keluarga besar. Ketika menjadi seorang istri,  kamu bukan hanya pandai berdandan,  bukan hanya pandai untuk cantik suka dilihat orang,  tapi kamu juga perlu untuk bisa melihat rumah tanggamu,  kamu harus punya peralatan rumah tangga yang lengkap,  menata rumah tanggamu yang baik,  jadi ketika orang datang ke rumahmu itu,  harga dirimu seperti itu karena rumah tangga juga adalah harga dirimu” ungkap Innya menjelaskan.

Baca Juga :   OMBUDSMAN NTT TEMUI BUPATI SUMBA BARAT
Pdt. Irene Takandjandji, S.Th., saat memimpin ibadah penghiburan

Lebih lanjut Innya mengatakan,  kehilangan mama tentunya merasa sedih dan duka yang mendalam, tapi setelah itu saya belajar bahwa saya tetap harus rasional. Hidup ini harus berjalan tanpa Mama,  kami harus tetap bisa meneruskan hidup ini,  sebagai anak sulung harus bisa menggantikan posisi Mama untuk menjadi anak sulung kemudian menjadi kakak bagi adik-adik saya.

“Khususnya adik saya yang bungsu yang masih kuliah, saya berkewajiban untuk mengurusnya sampai tamat dan itu sudah jadi janji saya di hadapan mayatnya mama” tambahnya.

Pdt. Prident K. Langi, S.Th.,M.Th., saat memimpin ibadah pelepasan jenazah

Kenangan terindah lain yang takkan pernah terlupakan oleh Innya adalah bahwa almarhum mamanya adalah seorang pendoa, yang selalu mengandalkan Tuhan dalam menjalani kehidupannya.

“Mama seorang pendoa,  didalam kondisi apapun ia selalu bawa namanya Tuhan,  dan itu yang diajarkan kepada kami,  jangan melupakan Tuhan dalam setiap rencana”kenangnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh mantan Wakil Bupati SBD, Drs. Ndara Tanggu Kaha yang ditemui media ini. Ndara Tanggu mengatakan walaupun dirinya tidak terlalu mengenal dekat dengan alm. Ny. Martha Pitang, tetapi dirinya bisa melihat peran seorang ibu dalam karier suaminya (Imanuel Horo).

Ndara Tanggu Kaha bersama ibu (tengah) saat melayat di rumah duka

“Saya tahu pak Nuel karena dia adalah adik saya, sepupu saya. Dan saya juga tahu ada orang kuat yang menopang dirinya mencapai kesuksesan dalam kariernya. Di belakang kesuksesan itu, tidak banyak diketahui orang,  ada yang sangat berperan yaitu almarhumah Mama Innya” katanya.

Ndara Tanggu menambahkan peran seorang istri (alm. Ny. Martha) dari dapur, kedepan sampai ke kantor bahkan sampai pensiun merupakan sesuatu yang luar biasa.

Baca Juga :   Kapolres Sumba Barat Dampingi Uskup Weetabula Pada Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Katholik Kristus Raja Mamboro

“Dia masih menemani suaminya sampai ujung kariernya pensiun dan menemani suami dalam masa pensiun baru ia pergi, bagi saya itu lengkap, tidak semua orang bisa mencapai itu” ujar Ndara Tanggu.

Ketua Gerindra SBD ini juga berpesan bagi keluarga yang berduka, agar merelakan titipan Tuhan yang diambil kembali oleh Tuhan.

“Kita bersedih karena orang yang kita cintai diambil Tuhan itu wajar, tetapi kita harus menyadari bahwa hak otonomi Tuhan, semua yang ada pada kita didunia ini adalah titipan Tuhan. Oleh karena untuk adik saya Pak Nuel relakan sudah Tuhan mengambil kembali milikNya, sekarang masih ada anak-anak yang akan diurus, nanti kalau anak-anak sudah menikah dan mempunyai cucu kita nikmati hidup ini yang dititipkan oleh Tuhan pada kita” pungkasnya. *** (Octa/002-21),-