Tambolaka- SJ….. Balai Latihan Kerja (BLK) Don Bosko dipercayakan oleh Program Mentari untuk mengambil peran dalam melatih anak-anak dari Desa Mata Redi dibidang kelistrikan dan Furniture selama 4 bulan. Program ini merupakan milik Kedutaan Inggris di Jakarta yang fokus dalam bidang pengembangan energy baru terbarukan.
Pada Selasa, (12/10/21) bertempat di aula BLK Don Bosco dilaksanakan Pelepasan Peserta Kursus Furniture yang dihadiri oleh para peserta Kusus, Koordinator Program Mentari, pemerintah Desa Mata Redi dan Pemda Sumba Tengah.
20 orang anak muda yang merupakan utusan dari desa Mata Redi mengikuti seleksi yang diselenggarakan oleh BLK Don Bosco, seleksi berupa tes kesehatan, wawancara, matematika, bahasa Inggris, IQ, kreatifitas dan pengenalan lingkungan BLK. Yang lulus seleksi yang mengikuti kursus.
Peserta dari Desa Mata redi tersebut tidak hanya mengikuti kursus, tetapi juga ada pelajaran tiap minggu seperti Matematika, bahasa Inggris, soft skill dan pelajaran Agama untuk memperkuat ilmu dan wawasannya.
Bruder Ephrem Santos, SDB kepada media ini Selasa (12/10/21) mengatakan walaupun lembaga BLK Don Bosko milik Agama Katolik, namun semua orang bisa masuk. 4 bulan yang lalu ada 2 orang muslim dan 2 tahun lalu ada yang beragama Yehowa, ikut pelatihan di BLK. Sedangkan anak-anak utusan dari desa Mata Redi kabupaten Sumba Tengah beragama Protestan dan Katolik.
“Jadi semua bisa masuk dan mengikuti pelatihan tanpa mengenal agama” tutur bruder Ephrem Santos pada media ini.
Bruder Ephrem mengharapkan setelah mengikuti kursus di BLK, siswa bisa mengaplikasikan apa yang sudah didapat dan bisa meningkatkan ekonomi keluarga. Juga SDM mereka bisa dikembangkan.
“Asa lagi ketrampilan yang sudah didapat, jangan pulang dari sini tidak mengasa atau mengaplikasikan apa yang sudah di dapat” ungkapnya.
Dirinya juga merasa sangat bangga dan berterima kasih pada Program Mentari bisa memilih BLK Don Bosco sebagai tempat kursus anak-anak dari desa Mata Redi kabupaten Sumba Tengah. Kita siapkan tempat tinggal untuk peserta kursus, untuk pria ada Asrama sedangkan untuk putri karena belum ada asrama tinggalnya di kos.
Lebih lanjut Bruder Ephrem menjelaskan ada 8 jenis kursus dan semua itu telah mendapatkan ijin. Kursus Otomotif (Sepeda Motor), Kursus listrik, AC, Digital Marketing, teknik Las, computer, Mebel (furniture) dan Bahasa Inggris serta dilengkapi fasilitas dan alat praktek yang sangat memadai.
Sementara itu Desa Mata Redi yang diwakili oleh direktur Bumdes Hali Dewa kepada mengatakan setelah mereka melaksanakan kursus ini, kita akan mengbackup dan mempekerjakan di desa dalam pengawasan Bumdes.
“Dengan kursus ini kita memanfaatkan mereka di Desa. Bersyukur anak-anak kami dilatih oleh BLK Don Bosk, sehingga ketrampilan ini mereka bisa kembangkan dan jadi agen perubahan untuk di desa dan jadi contoh untuk anak muda yang lain”ujarnya.
Ia menambahkan tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh desa maupun orang tua. Semua ini di tanggung oleh Program Mentari hasil kerja sama kedutaan Inggris di Jakarta dan desa Mata Redi merupakan pilot projet atau desa percontohan.
Welhelmus Poek, S.PT., M intl Dev dari Program Mentari menjelaskan kepada media ini, Desa Mata Redi Kabupaten Sumba Tengah merupakan desa percontohan di kawasan Indonesia Timur untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan.
Penentuan Desa Mata Redi untuk pilot project bukan kali ini tapi sudah dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 4 kabupaten di Pulau Sumba mengusulkan desa-desa, setelah itu Tim melakukan survei atau studi kelayakan.
“Setelah kita lakukan studi kelayakan sebelum menetapkan desa Mata Redi, ada 2 desa yaitu desa Eka Pata (SBD) dan Desa Mata Redi (Sumba Tengah) yang merupakan Desa Percontohan. Pada saat Program Mentari mau lakukan studi kelanjutan, ternyata pada saat yang bersamaan desa Eka Pata mendapatkan sponsor yang baru Energi Baru terbarukan. Sehingga desa Mata Redi ditetapkan sebagai Pilot Project” ungkapnya.
Wel Poek menambahkan sebelum memilih BLK Don Bosco untuk melakukan kerja sama, pihaknya melakukan studi khusus dari beberapa lembaga donor dan melakukan studi kajian terhadap BLK-BLK yang ada di NTT.
“Ternyata hasil studi kelayakan BLK Don Bosko yang ada di SBD ini fasilitasnya sangat baik dan terbaik di pulau Sumba” pungkasnya. *** (EBuga/010-21).