Waikabubak-SJ………………. Forum Komunitas Sekolah Sumba Barat resmi terbentuk di aula GKS Waikabubak, Rabu (18/12/19) untuk melakukan advoksi dibidang pendidikan. Forum ini diharapkan menjadi tempat diskusi untuk komunitas-komunitas yang ada.
Yakobus Praing, S.Pd sebagai Policy Advocacy and Campaign Officer Yayasan Bahtera mengatakan banyak masalah yang terjadi di sekolah seperti kondisi sekolah rusak, anak putus sekolah, siswa disabilitas dan sekolah Inklusif. Selain itu kualitas guru banyak sekali guru di Sumba Barat tidak sesuai profesinya, masih ada tamatan SMA yang mengajar dan ada guru mengajar yang bukan jurusannya.
Transparansi anggaran sekolah selalu di buat dan di tempel dipapan penguguman maupun baliho agar tidak ada kecurigaan, Rencana kerja sekolah harus dibuat supaya bisa mencapai target.
Lebih lanjut Abi mengatakan alokasi anggaran pendidikan pada tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2019. Anggaran alokasi APBD Pemda Sumba Barat tahun depan 15% dan fungsi pendidikan 18% sedangkan tahun lalu meningkat 20%. Agenda Utama Advokasi Utama dengan terbentuknya forum peningkatan Alokasi anggaran pendidikan menjadi perhatian serius.
Tahun ini banyak sekolah yang direhab dibandingkan tahun lalu, sebanyak 5 unit mendapat bantuan dana rehab yang tersebar di 2 kecaman Lamboya dan Wanokaka sekolah-sekolah dampingan Yayasan Bahtera.
Lebih lanjut Abi menjelaskan rute advokasi forum secara umum bahwa hak-hak mereka yang akan dilakukan seturus dalam jangka waktu yang panjang, rute advokasi ini nantinya akan dilakukan dialog dengan pengambil kebijakan bersama Pemda (Dinas terkait) dan DPRD.
“Kami hanya memfasilitas tapi yang mengungkapkan komunitas sekolah di depan pengambil kebijakan. Menyusun rute advokasi untuk disampaikan kepada pengambil kebijakan” ungkapnya.
Sesudah forum ini terbentuk mereka bisa advokasi segala kebutuhan masing-masing di sekolah, bukan hanya sekolah mereka tapi SD ditingkat Sumba Barat mampu menyuarakannya didepan pengambil kebijakan saat audensi.
“Kalobarasi dan sinergi antar usur perlu dilakukan, tidak hanya diberatkan kepada satu unsur, tapi tanggung jawab kita bersama, hanya menopang. Ketika kami sudah tidak di desa, mereka bisa berusaha sendiri karena kami mendampingi sesuai dengan program, setelah progran berakhir mereka bisa berdiri sendiri” tuturnya lebih jauh.
Yayasan Bahtera siap mendampingi jika masih dibutuhkan dan yang menjadi sorotan utama KIP (Kartu Indonesia Pintar) karena tidak semua siswa dapatkan bantuan, bahkan ada siswa yang seharusnya mendapat bantuan tetapi uangnya tidak ada.
Arianto U.R. Yagi Ketua Forum Maiya Ole Ina Ama Hanua Ate yang ditemui media mengatakan merasa bangga dan senang seusai terpilih.
“Tugas ini bukan menjadikan beban bagi saya tapi ini menjadi motivasi dan dorongan bagi saya untuk selalu bekerja kepada anak didik sebagai penerus bangsa dan menjadi calon pemimpin masa depan daerah ini” katanya.
Lebih lanjut Yanto mengatakan target yang akan dibuat dalam waktu dekat ini adalah melakukan audiensi didepan pengambil kebijakan Pemerintah Daerah Sumba Barat, DPRD Sumba Barat dan Dinas terkait untuk membicarakan isu pendidikan yang terjadi di kabupaten Sumba Barat.
Kami bekerja bukan hanya untuk 10 sekolah yang ada di 2 kecamatan yang merupakan dampingan Yayasan Bahtera, tetapi kami bekerja untuk kepentingan pendidikan di kabupaten Sumba Barat. Terima kasih kepada Yayasan Bahtera yang telah memfasilitasi kami sehingga terbentuknya forum inI” tutupnya bahagia. ****
Liputan: Emil Buga,-