SOSIALISASI PENGOLAHAN KELOR UNTUK GIZI KELUARGA

Kadis Ketahanan Pangan Ir. Yahanes Lory Riti(tengah) didampingi Merry Dapatalu Corputty (kanan) dan Roberta Kartini, S.Km saat pembukaan kegiatan Sosialisasi

Tambolaka-SJ……… Demi mewujudkan ketersediaan pangan lokal bagi masyarakat melalui pekarangan rumah tangga untuk memperbaiki gizi keluarga, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT menyelenggarakan sosialisasi pengolahan Kelor untuk gizi keluarga di Rumah Budaya Desa Weelonda Kecamatan Kota Tambolaka Sumba Barat Daya (SBD), Rabu 23/10/19.

  Kegiatan sosialisasi ini dibuka dengan resmi oleh Kadis Ketahanan Pangan Ir. Yohanis Lory Riti Disaksikan oleh narsumber dan Tim Penggerak PKK NTT yang dihadiri oleh Penyuluh, Kelompok Tani, PKK, Kabid, Kasi dan staf Dinas Ketahanan Pangan.

Dipantau oleh media Suara Jarmas,  kegiatan sosialisasi ini dilakukan di 5 kabupaten di NTT yaitu: Kabupaten Kupang, Kota Kupang, Alor, TTS dan SBD yang merupakan daerah dengan kasus stunting cukup tinggi. Kegiatan ini mendapat respon sangat bagus dari peserta yang hadir, peserta tidak segan-segan mengajukan pertanyaan dan langsung ikut melihat praktek yang diberikan oleh para instruktur dari TP PKK Provinsi NTT.

Dalam sambutannya Kadis Ketahanan Pangan Yohanes L. Riti mengatakan masalah salah satu utama yang lagi dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah stunting dan khususnya untuk NTT masalah ini menjadi perhatian besar Pemerintahan Provinsi NTT sampai ke kabupaten-kabupaten. Begitu banyak pula yang peduli dan berperan untuk mengangani masalah stunting ini. Dari Kementrian, Provinsi, Kabupaten bahkan LSM dan PKK saling bekerja sama untuk menangani masalah stunting ini.

Dirinya mengapresiasi kegiatan sosialisasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT ini karena  pengolahan Kelor untuk gizi keluarga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi masalah stunting itu dan memperbaiki gizi keluarga. Kelor ini terbukti mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mudah untuk dikembangkan oleh masyarakat di pekarangan rumahnya.

Baca Juga :   PEMERINTAH SBD BUTUH DUKUNGAN LSM

Kelor perlu dimasyarakatkan sebagai menu utama dan perlu juga memberi pengetahuan cara  pengolahannya. Kita harapkan masyarakat bisa menanam kelor di pekarangan rumahnya melalui pendampingan dan pengawasan dari petugas-petugas Kawasan Rumah Pangan Lestari Bantuan (KRPL) yang merupakan bantuan Pemerintah Pusat melalui Provinsi dan juga ada program pemanfaatan pekarangan rumah di tiap kecamatan yang dialokasikan dari dana APBD II (melalui DAU).

“Sehingga masyarakat bisa mengolah sendiri, mengkonsumsi dan dipakai dalam kegiatan-kegiatan pos yandu untuk penanganan anak-anak yang stunting” ungkapnya.

Lebih jauh Yohanes menjelaskan untuk kelor ini sendiri ditangani oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebuna, sehingga dirinya menghimbau agar masyarakat menanam di pekarangan rumah, karena tanaman ini mudah tumbuh, bisa lewat steknya dan juga bisa lewat biji. Tanaman ini juga  tersedia sepanjang tahun dan sepanjang musim.

Himbauan untuk masyarakat khususnya di pedesaan   karena kasus stunting adanya disana, agar masyarakat di pedesaan setelah mendapat informasi dan pengetahuan tidak pasif.  

Narasumber Roberta Kartini, S.Km saat membawakan materi tentang Kelor

“Mereka harus menjadi subyek yang melakukan semuanya,  kita yang memfasilitasi. Juga kita harapkan dengan Pemerintah Desa melalui dana desa dan ADD bisa juga dikolaborasikan sehingga pengembagan kelor sebagai bahan pangan yang sehat untuk pemberantasan stunting” ujarnya.

Salah satu intruskturk dari TP PKK NTT Pokja 3 Merry Corputty yang dihubungi media di sela-sela kegiatan mengatakan kegiatan sosialisasi ini merupakan program pemerintah provinsi NTT yang berkaitan dengan 10 program kerja TP PKK NTT. Kegiatan pengolahan kelor untuk gizi keluarga ini berkaitan dengan program Pangan, Sandang dan Tata laksana rumah tangga program kerja TP PKK NTT.

Baca Juga :   NGOPI BARENG BERSAMA MEDIA, KAPOLRES HARAPKAN ADANYA SINERGITAS BERSAMA INSAN PERS

 Untuk masyarakat SBD terkait dari pola makan yang menyebabkan anak-anak jadi stunting, dirinya menghimbau untuk mengkonsumsi kelor karena mempunyai nilai gizi yang tinggi.

“Mari kita menyayangi generasi yang akan dititipkan kepada kita sebagai orang tua, ibu-ibu hamil sejak janin berada dalam kandungan sudah harus makan makanan yang bergizi. 1000 hari pertama mulai dari kehamilan sampai anak berusia 2 tahun gizi harus diperhatikan benar-benar” tuturnya.  

Merry juga berharap adanya kerja sama yang bagus antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam upaya mendorong masyarakat mengkonsumsi kelor. Kalau Pemerintah Kabupaten tidak bekerja sama, tidak membantu,  tidak memahami  dan mensosialisasikan kepada masyarakat, maka sia-sialah upaya yang sudah dilakukan oleh  Pemerintah Provinsi.

Kasi Koba Lende saat memberikan arahan bagi petugas petugas pengawas lapangan sebelum kegiatan sosialisasi ditutup

“Harus ada kerjasama antara Pemerintah Kabupaten dan Provinsi dalam upaya memasyarakatkan kelor untuk gizi keluarga ini, karena Kabupaten yang mempunyai masyarakat” ungkapnya.

Salah satu peserta yang merupakan koordinator PPL dari  Kecamatan Wewewa Barat Petrus Talu mengatakan kegiatan sosialisasi ini sangat penting bagi masyarakat khususnya kelompok tani dan ibu-ibu PKK yang hadir. Dengan mengkonsumsi kelor manfaaatnya sangat bagus baik untuk masyarakat khususnya dalam mencegah stunsting.

“Kami berterima kasih adanya kegiatan sosialisasi ini karena sangat bermanfaat bagi gizi masyarakat, apalagi desa Mene Ate Kecamatan Wewewa Barat adalah desa mode yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Provinsi sehingga ini bisa menjadi semangat baru dengan memperoleh pengetahuan tentang manfaat kelor dan pengolahannya yang benar” tutupnya. ***

Penulis: Octa Dapa Talu